adjar.id - Ketika di dalam tubuh, DNA melalui proses penggandaan yang dinamakan dengan replikasi.
Replikasi DNA merupakan suatu tahapan penggandaan DNA yang terjadi sebelum pembelahan sel, yaitu pada tahap interfase.
Replikasi ini dilakukan dalam upaya untuk membentuk DNA yang sama pada sel anakan hasil pembelahan sel, Adjarian.
Nah, dalam proses replikasi DNA memerlukan beberapa komponen, seperti enzim helikase, DNA polimerase, dan enzim ligase.
O iya, teori replikasi DNA adalah konsep yang menjelaskan bagaimana molekul DNA menggandakan dirinya sendiri selama siklus replikasi.
Proses ini penting karena DNA adalah bahan genetik yang mengandung instruksi untuk mengendalikan semua fungsi sel.
Selain itu DNA juga mengendalikan pewarisan informasi genetik dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Yuk, kita cari tahu teori replikasi DNA!
"DNA bertugas untuk menurunkan sifat induk ke turunannya karena DNA mempunyai kemampuan replikasi."
Berikut adalah teori replikasi DNA menurut para ahli, yaitu:
1. Teori Semikonservatif
Baca Juga: Jenis Virus dan Penyakit yang Disebabkan oleh Virus DNA
Teori ini diajukan oleh James Watson dan Francis Crick pada tahun 1953.
Menurut teori ini, dalam replikasi DNA, setiap untai lama dari molekul asalnya akan berperan sebagai cetakan untuk sintesis sebuah untai baru.
Dengan kata lain, setelah replikasi, dua molekul DNA yang dihasilkan akan terdiri dari satu untai lama dan satu untai baru.
Teori semikonservatif telah diperkuat oleh eksperimen pelabelan isotop oleh Matthew Meselson dan Franklin Stahl pada tahun 1958.
2. Teori Konservatif
Teori konservatif mengusulkan bahwa selama replikasi, dua untai lama dari molekul asal tetap utuh, dan dua untai baru sepenuhnya disintesis.
Dengan kata lain, satu molekul DNA hasil replikasi identik dengan molekul asal, sementara molekul lainnya sepenuhnya terdiri dari untai baru.
Teori ini awalnya diajukan sebelum bukti eksperimental memadai mendukung teori semikonservatif.
3. Teori Dispersif
Teori dispersif mengusulkan bahwa selama replikasi, molekul DNA hasilnya merupakan campuran dari untai lama dan baru yang tersebar secara acak.
Hal ini berarti setiap molekul DNA hasil replikasi terdiri dari fragmen-fragmen untai lama dan baru yang tercampur bersama.
Baca Juga: Jenis Virus dan Penyakit yang Disebabkan oleh Virus RNA
Teori ini diajukan oleh Max Delbrück pada tahun 1957.
Akan tetapi kemudian eksperimen pelabelan isotop oleh Meselson dan Stahl dengan jelas mendukung teori semikonservatif daripada teori dispersif.
"Teori replikasi DNA terbagi menjadi teori semikonservatif, teori konservatif, dan teori dispersif."
Nah, itu tadi tiga teori replikasi DNA menurut para ahli, Adjarian.
Coba Jawab! |
Apa itu teori semikonservatif? |
Petunjuk: Cek halaman 1 dan 2. |
---
Sumber: Buku Biologi untuk SMA/MA Kelas XII karya Shilviana Dewi, dkk., Kemdikbudristek Tahun 2022.
Tonton video ini, yuk!
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | AdjarID |
KOMENTAR