adjar.id - Kali ini kita akan membahas soal bahasa Indonesia seputar iklan "Kios Pak Jal", Adjairan.
Soal-soal tersebut terdapat pada buku Kurikulum Merdeka Bahasa Indonesia kelas VII, halaman 45.
Iklan yang kita bahas kali ini adalah iklan komersial.
Iklan komersial adalah jenis iklan yang bertujuan untuk menawarkan dan mempromosikan produk untuk mendapatkan profit.
Umumnya, iklan komersial berisi tata letak yang menarik, kalimat persuasif, dan kata-kata yang mudah dipahami pembaca.
Nah, produk yang diiklankan dalam "Kios Pak Jal" adalah sayuran dan buah-buahan yang masih segar.
Tugas kita kali ini adalah membuat pertanyaan sendiri dan jawabannya seputar iklan tersebut.
Hal ini dapat menguji pemahaman kita terkait dengan konten iklan.
Kalau begitu, langsung saja kita bahas, yuk!
Informasi dalam Iklan Kios Pak Jal
1. Bagaimana kondisi sayur dan buah-buahan yang ada di Kios Pak Jal menurut iklan itu?
Baca Juga: Apa yang Dimaksud dengan Iklan Komersial dan Iklan Nonkomersial?
Jawaban: Sayur dan buah-buahannya terlihat masih segar.
2. Di mana alamat Kios Pak Jal?
Jawaban: Kios Pak Jal terletak di Jalan Kayumanis No. 2
3. Adakah seseorang yang memberi tanggapan mengenai Kios Pak Jal? Siapa orang tersebut?
Jawaban: Terdapat seseorang yang memberi tanggapan mengenai Kios Pak Jal, yaitu Bu Yati.
4. Bagaimana pendapat orang tersebut mengenai Kios Pak Jal?
Jawaban: Bu Yati menyukai Kios Pak Jal karena sayur-sayurnya yang segar dan harganya yang murah.
5. Bagaimana Kios Pak Jal dapat terjamin kesegarannya?
Jawaban: Sayur dan buah-buahan yang ada di Kios Pak Jal diambil langsung dari kebun, sehingga terjamin kesegarannya.
6. Apakah terdapat kalimat persuasif dalam iklan "Kios Pak Jal"?
Jawaban: Iya, terdapat kalimat persuasif di awal iklan Kios Pak Jal, yaitu "Berbelanjalah di Kios Pak Jal".
Baca Juga: Jawab Soal Seputar Iklan, Buku Bahasa Indonesia Kurikulum Merdeka Kelas VIII
Nah, itulah pembahasan soal seputar iklan "Kios Pak Jal" yang bisa Adjarian jadikan sebagai referensi.
Penulis | : | Jestica Anna |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR