Rakyat Singaparna yang dikenal religius dan patriotik, menentang pendudukan Jepang karena kebijakan mereka bertentangan dengan ajaran Islam dan menyebabkan penderitaan besar.
Kebijakan Jepang seperti pengerahan tenaga romusa secara paksa dan kewajiban menyerahkan padi membuat rakyat menderita.
Banyak romusa dari Singaparna yang dikirim ke luar Jawa tidak pernah kembali.
Perlawanan terhadap Jepang dipimpin oleh Kiai Zainal Mustafa, pemimpin Pesantren Sukamanah. Ia menentang kebijakan Jepang, terutama praktik seikeirei yang bertentangan dengan Islam.
Pada Februari 1944, rakyat Singaparna, di bawah pimpinan Zainal Mustafa dan Pasukan Tempur Sukamanah yang dipimpin Ajengan Najminudin, mengangkat senjata melawan Jepang.
Zainal Mustafa dan 27 pengikutnya ditangkap dan dihukum mati di Jakarta pada Oktober 1944.
3. Perlawanan di Indramayu
Perlawanan terhadap Jepang di Indramayu, seperti di Singaparna dipicu oleh penderitaan rakyat akibat kebijakan Jepang.
Petani di Indramayu dipaksa menyerahkan sebagian besar hasil panen mereka, sementara pengerahan tenaga romusa semakin memperburuk kondisi.
Perlawanan terjadi di Desa Kaplongan pada April 1944 dan di Desa Cidempet pada Juli 1944.
Kebijakan Jepang yang memaksa petani menyerahkan padi ke balai desa sebelum bisa memohon kembali sebagian hasil panennya memicu protes.
Source | : | kemdikbud.go.id,Kompas.com |
Penulis | : | Rizky Amalia |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR