Perlawanan di Cot Plieng dipimpin oleh Abdul Jalil, seorang ulama muda dari Aceh, yang memprotes kekejaman pendudukan Jepang terhadap romusa.
Abdul Jalil menggerakkan rakyat dan santri di Lhokseumawe untuk melawan Jepang.
Jepang yang menganggap gerakan ini berbahaya mencoba membujuk Abdul Jalil untuk berdamai, namun ia menolak.
Pada 10 November 1942, Jepang menyerang Cot Plieng dan setelah beberapa kali serangan, mereka berhasil menghancurkan pertahanan rakyat dengan membakar masjid.
Abdul Jalil dan beberapa pengikutnya melarikan diri ke Buloh Blang Ara, tetapi akhirnya Abdul Jalil gugur setelah disergap tentara Jepang saat sedang salat.
Perlawanan ini menewaskan 120 rakyat dan melukai 150 orang, sementara Jepang kehilangan 90 prajurit.
Kebencian terhadap Jepang meluas, memicu perlawanan di Jangka Buyadi yang dipimpin oleh Abdul Hamid, dan di Pandrah Kabupaten Bireuen.
Perlawanan ini dipicu oleh penyetoran padi yang berlebihan dan kerja paksa romusa, yang menghalangi petani mengelola sawah mereka.
Jepang juga memaksa rakyat menyerahkan hingga 80 persen hasil panen yang semakin memperburuk situasi.
2. Perlawanan di Singaparna
Baca Juga: Organisasi Militer pada Pendudukan Jepang di Indonesia, Materi Sejarah Kelas XI Kurikulum Merdeka
Source | : | kemdikbud.go.id,Kompas.com |
Penulis | : | Rizky Amalia |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR