3. Sumber Daya Alam yang Kaya
Salah satu alasan utama Blok Ambalat menjadi area sengketa adalah karena kaya akan sumber daya alam, khususnya minyak dan gas bumi.
Daerah ini memiliki cadangan minyak dan gas yang sangat potensial, sehingga memicu ketegangan antara kedua negara yang ingin menguasai sumber daya tersebut.
Potensi ekonomi dari minyak dan gas ini membuat Blok Ambalat menjadi kawasan strategis bagi kepentingan nasional kedua negara.
4. Sejarah Kolonialisme
Wilayah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia memiliki latar belakang sejarah yang kompleks, terutama akibat perbedaan kontrol kolonial.
Indonesia mewarisi wilayahnya dari pemerintahan kolonial Belanda, sedangkan Malaysia dari pemerintahan Inggris.
Perbedaan administrasi dan pengaturan wilayah selama masa kolonial ini menjadi salah satu faktor yang membuat sengketa perbatasan di berbagai wilayah, termasuk Ambalat, menjadi rumit.
5. Insiden-Insiden di Lapangan
Sejak awal 2000-an, terjadi berbagai insiden di perairan Ambalat, termasuk pelanggaran batas wilayah yang dilakukan oleh kapal patroli dari kedua negara.
Indonesia beberapa kali melaporkan bahwa kapal-kapal Malaysia telah memasuki wilayah yang dianggap sebagai bagian dari kedaulatan Indonesia.
Baca Juga: 5 Dampak Negatif Sengketa Wilayah, PPKn Kelas XI Kurikulum Merdeka
Sebaliknya, Malaysia juga melakukan klaim serupa. Insiden-insiden ini memperburuk hubungan diplomatik antara kedua negara dan meningkatkan ketegangan militer di kawasan tersebut.
"Sengketa Blok Ambalat antara Indonesia dan Malaysia dipicu oleh berbagai permasalahan, termasuk perbedaan penafsiran batas wilayah, pengaruh hukum laut internasional, dan potensi sumber daya alam di wilayah tersebut."
Demikian penjelasan tentang munculnya permasalahan yang menyebabkan sengketa batas wilayah Blok Ambalat antara Indonesia dan Malaysia, materi PPKn kelas XI Kurikulum Merdeka.
Coba Jawab! |
Apa yang dimaksud dengan Blok Ambalat? |
Petunjuk: Cek di halaman 1. |
Tonton video ini, yuk!
Source | : | kemdikbud.go.id |
Penulis | : | Rizky Amalia |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR