adjar.id - Pada buku Sejarah Indonesia kelas 11 SMA semester 2 edisi revisi 2017, terdapat soal dalam Latih Uji Kompetensi.
Kita diminta untuk menjelaskan latar belakang dampak terjadinya Agresi Militer Belanda I.
Nah, kali ini kita akan membahas soal tersebut, Adjarian.
Agresi Militer Belanda I terjadi pada tanggal 21 Juli 1947 dan mereda pada Januari 1948.
Agresi Militer Belanda I ini merupakan bentuk operasi yang dilakukan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia.
Meski sudah memproklamasikan diri sebagai negara merdeka, Belanda tidak mengakui hal tersebut.
Sekarang mari kita simak pembahasan soal latar belakang dan dampak Agresi Militer Belanda I berikut!
Agresi Militer Belanda I terjadi setelah Belanda melanggar Perjanjian Linggar Jati.
Pada 7 Desember 1942, Ratu Wilhelmina berpidato bahwa Indonesia merupakan negara persemakmuran.
Berdasarkan Perjanjian Linggarjati, wilayah Indonesia hanya meliputi Sumatra, Jawa, dan Madura.
Hal inilah yang membuat Belanda meyakini wilayah lain di luar wilayah tersebut menjadi negara federal.
Baca Juga: Proses Pengakuan Kedaulatan Indonesia
Di sisi lain, Indonesia beranggapan bahwa wilayah yang tidak termasuk dalam Perjanjian Linggarjati akan dibiarkan oleh Belanda dan tidak dibentuk negara federal.
Kesalahpahaman inilah yang menjadi awal terjadinya Agresi Militer Belanda I.
Meski begitu, ada latar belakang lain juga yang menyebabkan terjadinya Agresi Militer Belanda I, Adjarian.
Salah satu latar belakangnya adalah karena Belanda tidak yakin Indonesia mampu melakukan hubungan internasional.
Sehingga, Belanda kemudian menawarkan bantuan kepada Indonesia.
Akan tetapi, karena adanya perbedaan paham, Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu Van Mook tidak mau lagi mengikuti isi Perjanjian Linggarjati.
Akhirnya, pada 21 Juli 1947, Belanda melakukan Agresi Militer I ke wilayah Sumatra Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Belanda melakukan agresi ke wilayah tersebut karena mereka ingin menguasai sumber daya alam di wilayah tersebut.
Beberapa tokoh dari Indonesia gugur dalam Agresi Militer Belanda I, di antaranya Adi Sumarmo Wiryokusimo, Adisucipto, dan Dr. Abdulrahman Saleh.
Kemudian, pada 1 Agustus 1947, PBB mengeluarkan resolusi No.27 yang berisikan agar pihak Belanda dan Indonesia melakukan mediasi.
Pada 17 Januari 1948, Agresi Militer Belanda I berakhir setelah adanya Perjanjian Renville yang diminta oleh PBB.
Baca Juga: Rangkaian Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda
Terjadinya Agresi Militer Belanda I memberikan dampak bagi bangsa Indonesia.
Dampak positif adanya Agresi Militer Belanda I adalah Indonesia bisa diakui dan mendapatkan perhatian dari dunia internasional
Negara-negara Arab telah mengakui kedaulatan negara Indonesia secara de jure, dengan negara Mesir menjadi negara Arab pertama yang mengakuinya.
Adanya perhatian dan simpati dari negara-negara Arab tidak lepas dari peran penting seorang Sutan Syahrir.
Sutan Syahrir pada saat itu mengirim utusan yang dipimpin oleh K.H Agus Salim ke negara-negara yang ada di Timur Tengah.
Adanya pengakuan dari Mesir dan negara-negara Arab yang lain membuat posisi Indonesia semakin kuat dalam perjanjian internasional.
Akan tetapi, Agresi Militer Belanda I juga memberikan dampak negatif karena lebih dari 150 ribu pasukan Indonesia harus gugur dalam pertempuran.
Selain itu, warga sipil yang juga ikut membela kemerdekaan Indonesia juga harus gugur dalam pertempuran tersebut.
O iya, Agresi Militer Belanda I juga membuat wilayah Indonesia semakin sempit karena beberapa wilayah mulai dikuasai oleh Belanda.
Belanda juga menyerang Indonesia dalam bidang ekonomi yang membuat ekonomi Indonesia menurun.
Itulah pembahasan soal latar belakang dan dampak Agresi Militer Belanda I yang terjadi setelah kemerdekaan Indonesia, Adjarian.
Baca Juga: Sejarah Kedatangan Sekutu dan Belanda di Awal Kemerdekaan Indonesia
---
Sumber: Buku Sejarah Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 2 Edisi Revisi 2017 karya Sardiman AM dan Amurwani Dwi Lestariningsing.
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR