Raja dari Kerajaan Wajo dipilih dari kepala keluarga kampung tetangga Cinnotta'bi dengan gelar Batara Wajo.
Setelah Batara Wajo ketiga dilengserkan paksa karena kelakukannya yang buruk, sejak saat itu raja-raja di Wajo tidak lagi secara turun-temurun.
Akan tetapi, raja Kerajaan Wajo dipilih dari seorang keluarga raja menjadi arung-matoa, yaitu raja yang pertama atau utama.
Saat Kerajaan Wajo dipimpin oleh La Tadampare Puang ri Maggalatung Arung Matoa IV, wilayah kekuasaan kerajaan semakin meluas.
Hasilnya Kerajaan Wajo dapat berkembang menjadi salah satu negeri Bugis yang besar, Adjarian.
Pada abad ke-16, posisi Wajo sudah bisa dikatakan sejajar dengan Luwu yang merupakan salah satu kekuatan utama di Sulawesi Selatan.
Sebab Kerajaan Wajo berhasil mendapatkan sebagian wilayah Tiongkok dan Sindenreng.
Namun, keadaan berubah saat Luwu berhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Bone yang saat itu bersekutu dengan Kerajaan Gowa Tallo untuk melawan Kerajaan Wajo.
Nah, akhirnya pada pertengahan abad ke-16 Kerajaan Bone dan Gowa Tallo berubah menjadi lawan karena perebutan kekuasaan di Sulawesi Selatan.
Saat itu, Kerajaan Wajo yang sudah jatuh ke tangan Kerajaan Gowa Tallo, mendukung perang melawan Kerajaan Bone tersebut.
Perlakukan keras yang diberlakukan Kerajaan Gowa Tallo terhadap negeri Bugis bawahannya membuat Kerajaan Wajo dan Soppeng membentuk persekutuan.
Baca Juga: 5 Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo, Salah Satunya Benteng Somba Opu
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR