adjar.id – Membangun semangat kebangsaan dilakukan oleh seluruh elemen bangsa Indonesia, termasuk para wanita.
Peran wanita mulai berkembang sejak munculnya babak baru dalam politik kolonial, yaitu era politik etis.
Adanya politik etis membawa pengaruh besar terhadap perubahan arah kebijakan politik negeri Belanda terhadap negeri jajahannya.
Dalam buku Sejarah Indonesia kelas 11 edisi revisi 2017, terdapat satu soal pada Latih Uji Kompetensi di halaman 200.
Pada soal tersebut, kita diminta untuk menjelaskan peran wanita dalam membangun semangat kebangsaan.
Nah, kali ini kita akan membahas soal tersebut, Adjarian.
Zaman kemajuan di Indonesia ditandai dengan adanya surat-surat dari R.A. Kartini kepada sahabatnya Ny. R.M. Abendanon di Belanda.
Perluasan pendidikan gaya barat sebagai model pendidikan modern merupakan tanda resmi dari bentuk politik etis.
Munculnya politik etis juga membuat paham nasionalisme masuk ke wilayah Indonesia dan mendorong lahirnya kaum muda terpelajar.
Politik etis merupakan politik menanggapi budi di mana Belanda mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Hindia Belanda.
Pada saat itu juga lahir berbagai organisasi, salah satunya organisasi pergerakan nasional yang dibuat oleh kaum wanita.
Peran Wanita dalam Membangun Semangat Kebangsaan
Pada tahun 1912, para wanita ikut serta dalam memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia.
Hingga kemudian terbentuklah organisasi pergerakan nasional bernama Poetri Mahardika di tahun 1912.
Kemudian, berdiri juga berbagai organisasi lainnya, seperti Aisyah, sayap perempuan dalam gerakan Muhammadiyah di tahun 1917.
Melalui organisasi pergerakan nasional inilah para kaum wanita berjuang untuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan.
Pada saat sebelum kemerdekaan, perempuan-perempuan Indonesia masih dikekang dengan berbagai tradisi, seperti kesulitan mendapatkan pendidikan.
Lalu, muncullah para pejuang dari kaum wanita, seperti Rasuna Said, R.A. Kartini, Dewi Sartika, dan Maria Walanda Maramis.
Mereka berupaya untuk membuka peluang bagi wanita untuk meningkatkan pendidikan.
Cara yang dilakukan ialah dengan membuka sekolah khusus perempuan dan mengajak perempuan menulis tulisan untuk membebaskan dari kekangan tradisi.
O iya, munculnya organisasi pergerakan wanita juga menjadi salah satu pelopor pergerakan nasional.
Hal ini ditandai dengan adanya Kongres Perempuan Nasional pertama yang dilaksanakan pada tahun 1928 di Yogyakarta.
Baca Juga: Faktor Objektif dan Subjektif Pembentuk Nasionalisme
Dalam kongres tersebut, sekitar 30 organisasi perempuan ikut di dalamnya dan akhirnya dibentuk Persatoean Perempoean Indonesia.
Persatoean Perempoean Indonesia ini kemudian diubah namanya menjadi Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia atau PPII.
Kongres perempuan nasional terus berlangsung, mulai dari di Jakarta tahun 1935, Bandung tahun 1938, dan Semarang tahun 1941.
Nah, pada kongres di Jakarta tahun 1935, terbentuknya Kongres Perempuan Indonesia atau KPI yang membuat PPII resmi dibubarkan.
Berikut beberapa peran wanita dalam membangun semangat kebangsaan, di antaranya:
1. Meningkatkan harkat dan kesetaraan wanita pada masa pergerakan nasional.
2. Membuka peluang bagi wanita untuk mendapatkan pendidikan.
3. Membangun semangat nasionalisme atau kebangsaan bagi wanita.
4. Meningkatkan kerja sama para wanita dengan latar belakang suku, budaya, ras, dan agama yang berbeda-beda.
Nah, itulah pembahasan soal mengenai peran wanita dalam membangun semangat kebangsaan.
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR