adjar.id - Apakah Adjarian tahu bahwa penanggalan Jawa berbeda dengan penanggalan Masehi?
Pada masa Kesultanan Mataram, kesultanan dan kerajaan pecahannya menggunakan sistem penanggalan yang berbeda.
Sistem penanggalan tersebut ada pada kalender Jawa.
Namun, kalender Masehi juga masih digunakan untuk urusan admintrasi kerajaan agar selaras dengan kehidupan masyarakat sehari-hari.
Nah, sistem penanggalan kalender Jawa digunakan untuk upacara dan acara adat kerajaan, Adjarian.
Uniknya, kalender Jawa merupakan gabungan dari beberapa kalender.
Kalender Jawa merupakan gabingan dari kalender Saka yang berasal dari India dan juga kalender Hijriah.
Lalu, bagaimana asal-usul penanggalan Jawa dibentuk?
Berikut sejarahnya.
Baca Juga: Perbedaan Kalender Masehi dan Kalender Hijriah
Asal-usul Penanggalan Jawa
Pada masa pemerintahan Sultan Agung yang merupakan Raja ketiga dari Kesultanan Mataram, ia ingin upacara adat selaras dengan kalender Islam atau Hijriah.
Pada masa itu, masyarakat Jawa menggunakan kalender Saka yang berasal dari India, Adjarian.
Nah, kalender Saka didasarkan dari pergerakan matahari (solar).
Sedangkan kalender Hijriah atau kalender Islam yang didasarkan kepada pergerakan bulan (lunar).
Oleh karena itu, perayaan adat yang diselenggarakan oleh kerajaan tidak selaras dengan perayaan-perayaan hari besar Islam.
Raja Kesultanan Mataram menghendaki untuk semua perayaan diselenggarakan bersamaan.
Karena alasan tersebut, diciptakanlah sistem penanggalan baru yang memadukan kalender Saka dan kalender Hijriah.
Oleh karena kalender ini dibuat pada masa pemerintahan Sultan Agung, maka kalender ini juga dikenal dengan kalender Sultan Agungan atau kalender Jawa.
Baca Juga: Berbagai Contoh Ungkapan Menanyakan Kabar dalam Bahasa Jawa
Sistem Penanggalan Kalender Jawa
Dalam sistem penanggalan kalender Jawa, terdapat penggabungan tahun Saka dengan melepas sistem perhitungan lama dan menggatikannya berdasarkan pergerakan bulan.
Dengan begitu, tidak akan mengubah atau memutus perhitungan dari tatanan lama.
Hal tersebut juga tidak menyebabkan kekacuan akitan pergeseran peradaban, baik bagi masyarakat maupun catatan sejarah.
Nah, akibat penggabungan tersebut, maka kalender Jawa memiliki keistimewaan dari beberapa sistem.
Sistem tersebut adalah sistem penanggalan Islam, sistem penanggalan Hindu, dan sistem penanggalan Julian dari budaya Barat.
O iya, penanggalan kalender Jawa ini berlaku di seluruh wilayah Kesultanan Mataram, lo.
Termasuk seluruh Pulau Jawa dan Madura, kecuali Banten, Batavia, dan Blambangan (Banyuwangi).
Ketiga daerah terakhir ini tidak termasuk wilayah kekuasaan Sultan Agung.
Baca Juga: 19 Sebutane Bocah atau Julukan Anak dalam Bahasa Jawa
O iya, Pulau Bali dan Palembang yang mendapatkan pengaruh budaya Jawa, juga tidak ikut mengambil alih kalender karangan Sultan Agung ini.
Nah Adjarian, itulah sejarah sistem penanggalan kalender Jawa.
Coba Jawab! |
Siapa nama raja Kerajaan Mataram yang meminta adanya kalender Jawa? |
Petunjuk: Cek halaman 2. |
Penulis | : | Aldita Prafitasari |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR