Pada masa pemerintahan Sultan Agung yang merupakan Raja ketiga dari Kesultanan Mataram, ia ingin upacara adat selaras dengan kalender Islam atau Hijriah.
Pada masa itu, masyarakat Jawa menggunakan kalender Saka yang berasal dari India, Adjarian.
Nah, kalender Saka didasarkan dari pergerakan matahari (solar).
Sedangkan kalender Hijriah atau kalender Islam yang didasarkan kepada pergerakan bulan (lunar).
Oleh karena itu, perayaan adat yang diselenggarakan oleh kerajaan tidak selaras dengan perayaan-perayaan hari besar Islam.
Raja Kesultanan Mataram menghendaki untuk semua perayaan diselenggarakan bersamaan.
Karena alasan tersebut, diciptakanlah sistem penanggalan baru yang memadukan kalender Saka dan kalender Hijriah.
Oleh karena kalender ini dibuat pada masa pemerintahan Sultan Agung, maka kalender ini juga dikenal dengan kalender Sultan Agungan atau kalender Jawa.
Baca Juga: Berbagai Contoh Ungkapan Menanyakan Kabar dalam Bahasa Jawa
Sistem Penanggalan Kalender Jawa
Dalam sistem penanggalan kalender Jawa, terdapat penggabungan tahun Saka dengan melepas sistem perhitungan lama dan menggatikannya berdasarkan pergerakan bulan.
Dengan begitu, tidak akan mengubah atau memutus perhitungan dari tatanan lama.
Penulis | : | Aldita Prafitasari |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR