Tembang macapat kesembilan adalah Pangkur.
Pangkur berasal dari kata mungkur, yang berarti 'undur diri'.
Tembang Pangkur menggambarkan kondisi dari manusia yang makin menua dan semakin mengalami kemunduran, khususnya dalam hal fisik.
Susunan tembang Pangkur adalah I-8-a, II-11-i, III-8-u, IV-7-a, V-12-u, VI-8-a, dan VII-8-i.
10. Megatruh
Tembang macapat kesepuluh adalah Megatruh.
Megatruh berasal dari dua kata, yakni megat yang berarti 'pisah' dan ruh yang berarti 'nyawa'.
Baca Juga: Tembang Macapat Pangkur: Makna, Watak, dan Aturan atau Paugeran
Tembang ini menggambarkan kondisi manusia saat meninggal dua.
Megatruh berisikan nasihat supaya manusia mempersiapkan diri dengan mengumpulkan bekal untuk kehidupan di alam baka.
Susunan tembang Megatruh adalah I-12-u, II-8-i, III-8-u, IV-8-i, dan V-8-o.
11. Pucung
Tembang macapat kesebelas atau yang terakhir adalah Pucung.
Tembang ini menggambarkan tentang akhir kehidupan manusia, yaitu saat telah meninggal dan berada di alam kubur.
Tembang Pucung biasanya berisikan hal-hal lucu seperti tebak-tebakan yang bisa menghibur hati.
Namun, makna tembang ini sebenarnya sangat dalam dan juga bijak, yaitu untuk menyelaraskan kehidupan manusia antara alam, lingkungan, serta Tuhan, Adajrian.
Susunan tembang Pucung adalah I-12-u, II-6-a, III-8-i, dan IV-12-a.
Baca Juga: Apa yang Dimaksud dengan Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan?
Nah, sebelas tembang macapat bahasa Jawa beserta masing-masing maknanya, Adjarian.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Rahwiku Mahanani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR