adjar.id – Sebelum meraih kemerdekaan, bangsa Indonesia mengalami penjajahan dari sejumlah bangsa lain.
Salah satu bangsa yang menjajah Tanah Air saat itu adalah Jepang.
Yap, Jepang menjajah Indonesia selama 3,5 tahun.
Selama masa penjajahannya di Nusantara, Jepang mendirikan berbagai organisasi yang mereka pelopori sendiri.
Hal tersebut lantaran Jepang membutuhkan bantuan dalam Perang Asia Timur Raya.
Baca Juga: Dampak Kependudukan Jepang pada Bidang Ekonomi bagi Rakyat Indonesia
Di sisi lain, berdirinya organisasi tersebut juga menjadi angin segar bagi tokoh Indonesia untuk memanfaatkannya untuk kepentingan perjuangan menuju kemerdekaan.
Juga terdapat organisasi sosial masyarakat dalam organisasi pergerakan bentukan Jepang
Nah, berikut ini macam-macam organisasi sosial masyarakat di masa pendudukan Jepang.
“Jepang mendirikan organisasi militer, semimiliter, dan sosial kemasyarakatan saat menduduki Indonesia.”
Organisasi Sosial Masyarakat di Masa Pendudukan Jepang
1. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A (3A) didirikan Jepang pada 29 Maret 1942 untuk mendapatkan dukungan dari rakyat Indonesia.
Organisasi tersebut memiliki tiga semboyan, yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia.
Jepang menunjuk Mr. Syamsuuddin sebagai ketua dengan dibantu beberapa tokoh lain seperti K. Sutan Pamuncak dan Moh. Saleh.
Jepang menggunakan organisasi ini sebagai wadah propaganda, oleh karena itu dibentuklah komite-komite di berbagai daerah.
Dalam gerakan 3A ini juga dibentuk subseksi Islam yang disebut “Persiapan Persatuan Umat Islam” yang dipimpin oleh Abikusno Cokrosuyoso.
Baca Juga: Asal-usul Sejarah Kotatsu dan Fungsinya untuk Masyarakat Jepang
2. Pusat Tenaga Rakyat
Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat dengan meminta bantuan kepada para tokoh Indonesia seperti Soekarno, Hatta, K.H. Mas Mansur, dan Ki Hajar Dewantara yang kemudian disebut Empat Serangkai.
Pusat Tenaga Rakyat (Putera) didirikan pada 16 April 1943 dengan tujuan untuk membangun dan menghidupkan kembali yang telah dihancurkan Belanda.
Putera memiliki pimpinan pusat dan pimpinan daerah, di mana pimpinan pusat dipegang oleh Empat Serangkai.
Sementara pimpinan daerah dibagi sesuai tingkatan, yaitu syu, ken, dan gun.
Putera mendapatkan sambutan positif dari organisasi massa yang ada, seperti Persatuan Guru Indonesia, Pegawai Pos Menengah, serta Pengurus Besar Istri Indonesia.
“Soekarno, Hatta, K.H. Mas Mansur dan Ki Hajar Dewantara adalah Empat Serangkai yang memimpin Pusat Tenaga Rakyat pusat.”
Dari kalangan pemuda ada organisasi Barisan Banteng dan dari pelajar ada Badan Perantaraan Pelajar Indonesia serta Ikatan Sport Indonesia.
Organisasi-organisasi tersebut bergabung ke dalam Putera dan membuatnya semakin berkembang dan kuat.
Putera telah berhasil mempersiapkan rakyat secara mental untuk kemerdekaan Indonesia, dan pengaruhnya semakin meluas melalui rapat-rapat serta media massa.
Akhirnya, Jepang merasa bahwa kehadiran Putera tidak digunakan untuk membantu jepang tetapi untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun 1944 Jepang resmi membubarkan Putera.
Baca Juga: Mengenal Organisasi-Organisasi Pergerakan Nasional di Indonesia
3. MIAI dan Masyumi
Jepang sangat berbeda dengan pemerintah Belanda tentang umat Islam di Indonesia.
Jepang lebih bersahabat jika dibandingkan dengan Belanda.
Jepang tersebut memerlukan kekuatan umat Islam untuk melawan sekutu, oleh karena itu mereka menjalin persahabatan dengan umat Islam.
Organisasi Islam MIAI kembali diaktifkan Jepang pada 4 September 1942 setelah sebelumnya dibekukan oleh Belanda.
“Jepang beranggapan bahwa umat Islam Indonesia dapat membantu mereka berperang melawan sekutu”
Harapan Jepang dengan aktifnya MIAI ialah dapat memobilisasi umat Islam Indonesia untuk keperluan perang.
Tugas dan tujuan MIAI saat itu adalah menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat, mengharmonikan Islam sebagai perkembangan zaman dan turut membantu Jepang pada Perang Asia Timur Raya.
Agar terealisasi, MIAI menitikberatkan program-program mereka pada sifat sosio-religius.
MIAI terus berkembang meski ada ketidakcocokan pada kebijakan Jepang, dan Jepang mulai menyadari bahwa MIAI tidak dapat membantu mereka.
Baca Juga: Keterlibatan Indonesia dalam Mewujudkan Perdamaian Dunia
Pada November 1943 MIAI resmi dibubarkan Jepang dan sebagai gantinya mereka membentuk Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia).
Masyumi diketuai oleh Hasyim Asy’ari serta wakilnya Mas Masyur dan Wahid Hasyim.
4. Jawa Hokokai
Kondisi Jepang yang semakin terdesak dengan Perang Asia Timur Raya membut Jenderal Kumaikici Harada membentuk organisasi Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa).
Tujuan dibentuknya Jawa Hokokai adalah karena Jepang membutuhkan persatuan dan semangat rakyat untuk membantunya dalam perang.
Jawa Hokokai merupakan organisasi pusat yang anggotanya terdiri dari bemacam-macam hokokai (himpunan kebaktian) sesuai dengan profesinya.
Pertanyaan |
Organisasi sosial yang bertujuan menyatukan umat Islam adalah? |
Petunjuk: Cek halaman 3. |
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR