Kaidah Kebahasaan Hikayat serta Perbedaannya dengan Cerpen, Materi Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum Merdeka

By Rizky Amalia, Sabtu, 9 November 2024 | 11:00 WIB
Hikayat banyak berasal dari sastra Melayu dan sering kali disampaikan secara turun-temurun. (Unsplash)

Misalnya, "perangai bagai singa" atau "tangisnya seakan-akan menggetarkan langit."

5. Penggunaan Kata Penghubung Kronologis

Dalam hikayat, penggunaan kata penghubung waktu atau kronologis seperti "setelah itu," "kemudian," atau "pada suatu hari" sering ditemui untuk menunjukkan alur cerita yang runtut.

Cerpen atau cerita pendek adalah karya sastra yang bercerita tentang suatu kejadian atau konflik dalam kehidupan manusia yang dituliskan secara singkat.

Berbeda dengan hikayat, cerpen biasanya memiliki alur cerita yang lebih sederhana dan realistis, serta tokoh-tokoh yang bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Cerpen berfokus pada satu konflik utama dan biasanya bertujuan untuk menyampaikan pengalaman atau emosi tertentu kepada pembaca.

Kaidah kebahasaan cerpen berbeda dari hikayat, khususnya dalam penggunaan bahasa yang lebih realistis dan sederhana.

Cerpen menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami dan lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari pembaca.

Bahasa yang digunakan cenderung santai dan tidak formal.

Meski cerpen juga menggunakan majas, penggunaannya tidak sebanyak pada hikayat.

Majas dalam cerpen digunakan untuk memperkuat makna tanpa berlebihan sehingga cerita tetap terasa realistis.

Baca Juga: Pengertian Hikayat Menurut Para Ahli, Materi Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum Merdeka

"Hikayat dan cerpen adalah dua jenis teks sastra yang memiliki kaidah kebahasaan dan karakteristik yang berbeda."

Demikian penjelasan tentang kaidah kebahasaan hikayat serta perbedaannya dengan cerpen, materi bahasa Indonesia kelas X Kurikulum Merdeka.

Coba Jawab!
Apa tujuan dari hikayat?
Petunjuk: Cek di halaman 1.

Tonton video ini, yuk!