Organisasi Semimiliter pada Pendudukan Jepang di Indonesia
1. Pengerahan Tenaga Pemuda
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, kelompok pemuda memiliki peran penting karena jumlahnya yang besar.
Jepang menilai bahwa para pemuda, terutama yang tinggal di pedesaan, masih belum terpengaruh oleh budaya Barat, secara fisik kuat, semangat, dan pemberani.
Oleh sebab itu, Jepang berusaha melibatkan mereka untuk memperkuat posisinya dalam perang.
Jepang menjadikan pemuda sebagai target utama propaganda, dengan menggunakan slogan "Gerakan Tiga A" dan "Jepang, Indonesia Sama Saja, Jepang Saudara Tua" untuk menarik perhatian mereka.
Bagi para pemuda, janji persamaan dari Jepang ini dianggap sebagai perubahan yang signifikan dari diskriminasi yang dialami pada masa penjajahan Belanda.
Sebelum membentuk organisasi semimiliter, Jepang sudah melatih pemuda agar memiliki disiplin, semangat juang (seishin), dan jiwa ksatria (bushido).
Melalui pendidikan formal dan pelatihan khusus, Jepang berusaha menanamkan semangat ini.
Salah satu bentuk pelatihan tersebut adalah Barisan Pemuda Asia Raya (BPAR) yang dibentuk pada 11 Juni 1942 dan dipimpin oleh dr. Slamet Sudibyo dan S.A. Saleh.
BPAR merupakan bagian dari Gerakan Tiga A dan melaksanakan program pelatihan selama tiga bulan tanpa batasan jumlah peserta, dengan fokus pada pembinaan semangat dan keyakinan karena mereka dianggap akan menjadi pemimpin pemuda.
Selain BPAR, Jepang juga membentuk San A Seinen Kutensho di bawah Gerakan Tiga A yang ditujukan bagi pemuda yang sudah aktif dalam organisasi seperti kepanduan.
Baca Juga: Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang, Materi Sejarah Kelas XI Kurikulum Merdeka