adjar.id - Perlawanan bangsa Indonesia tidak hanya dilakukan secara fisik, tetapi juga melalui jalur diplomasi.
Yap! Sebagai usaha untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan, para pejuang juga menggunakan jalur diplomasi.
Pada tahun 1946, Belanda kembali masuk ke Indonesia dengan mengaku sebagai penguasa yang sah karena berhasil mengalahkan Jepang.
Situasi ini membangkitkan semangat revolusi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang baru saja merdeka.
Meskipun sudah merdeka, Indonesia harus secara fisik berperang melawan Belanda.
Perjuangan ini tidak hanya dilakukan dengan perang fisik, tetapi juga perang diplomasi melalui berbagai perundingan.
Perlawanan melalui perundingan banyak dilakukan dengan Belanda dengan tujuan khusus agar Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara yang merdeka.
Negara yang merdeka artinya memiliki kedudukan yang sama dengan negara-negara lainnya yang sudah lebih dulu merdeka.
Nah, berikut beberapa perundingan Indonesia dengan Belanda pada masa revolusi kemerdekaan.
Simak, yuk!
"Usaha merebut dan mempertahankan kemerdekaan tidak hanya dilakukan secara fisik, tetapi juga melalui jalur diplomasi."
Baca Juga: Perlawanan Rakyat Indonesia setelah Kedatangan Sekutu dan Belanda
Perundingan Indonesia dan Belanda pada Masa Revolusi Kemerdekaan
1. Perjanjian Linggarjati
Perundingan Linggarjati dilakukan oleh Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa Barat, 10-15 November, tahun 1946.
Hasil dari Perjanjian Linggarjati, yaitu:
- Wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatra, dan Madura diakui oleh Belanda secara de facto.
- Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
- Pihak Belanda dan Indonesia sepakat membentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
- Dalam bentuk RIS Indonesia harus bergabung dalam Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala uni.
2. Penjanjian Renville
Perjanjian Renville ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948.
Namun, perjanjian ini menyebabkan kedudukan Indonesia semakin tersudut dan daerahnya semakin sempit.
Hal ini merupakan akibat dari diakuinya garis Van Mook sebagai garis perbatasan baru hasil Agresi Militer Belanda 1.
Baca Juga: Latar Belakang Perjanjian Renville dan Isinya
Sebaliknya, kedudukan Belanda semakin bertambah kuat dengan terbentuknya negara-negara boneka.
3. Perundingan Roem Royen
Perundingan Roem Royen menjadi titik terang dalam sengketa penyelesaian konflik Indonesia dan Belanda.
Dalam perundingan ini disepakati kesanggupan kedua belah pihak untuk melaksanakan Resolusi Dewan keamanan PBB tanggal 28 Januari 1949.
Lalu, persetujuannya pada tanggal 23 Maret 1949.
Setelah tercapainya perundingan Roem Royen, pemerintah Republik Indonesia secara resmi kembali ke Yogyakarta.
4. Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar (KMB) dilaksanakan di Den Haag tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949.
Hasil utama pada konferensi ini, yaitu pengakuan dan penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Belanda ke Pemerintah Indonesia.
Hal ini disepakati dan disusun dalam struktur ketatanegaraan yang berbentuk negara federal, yaitu negara Republik Indonesia Serikat.
KMB merupakan sebuah kemajuan, karena sejak saat itu Belanda mengakui dan menyerahkan kedaulatan kepada bangsa Indonesia.
Baca Juga: Proses Pengakuan Kedaulatan Indonesia
Sehingga, secara resmi Indonesia menjadi negara merdeka dan terlepas dari kekuasaan Belanda.
"Perjuangan melalui perundingan menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta damai, tidak mengutamakan kekerasan dalam menyelesaikan persoalan."
Itu dia beberapa perundingan Indonesia dan Belanda pada masa revolusi kemerdekaan.
Coba Jawab! |
Pada tahun berapa Belanda kembali masuk ke Indonesia? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
---
Sumber: Buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMP Kelas IX Karya Salikun, dkk., Kemdikbud.
Tonton video ini juga, yuk!