adjar.id - Dalam buku Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut: Cakap Berbahasa dan Bersastra Indonesia kelas 11 Kurikulum Merdeka terdapat soal latihan di halaman 187.
Pada soal tersebut, kita diminta untuk melengkapi tabel 6.2 dengan menyimak pembacaan cerpen "Lelaki yang Menderita bila Dipuji" karya Ahmad Tohari.
Nah, pada artikel kali ini, kita akan membahas soal tersebut, Adjarian.
Cerpen atau cerita pendek termasuk salah satu jenis karya sastra dalam bentuk tulisan yang bersifat fiksi.
Cerpen biasanya hanya mengisahkan tentang cerita yang permasalahannya dialami oleh satu tokoh.
Cerita pada cerpen hanya terfokus pada satu konflik permasalahan saja, mulai dari pengenalan karakter sampai penyelesaiannya.
Biasanya cerpen ditulis tidak lebih dari 10.000 kata.
Permasalahan yang dikisahkan di dalam cerpen juga tidak terlalu rumit dan lebih sederhana dibanding novel.
Meski begitu, di dalam cerpen terdapat pesan dan amanat bagi para pembaca.
Berikut pembahasan soal menyimak pembacaan cerpen tersebut.
Pembahasan soal ini dapat dijadikan sebagai referensi.
Latihan Menyimak Pembacaan Cerpen
1. Siapa tokoh dalam teks?
Jawaban: Mardanu.
Isi Teks: Mardanu seperti kebanyakan lelaki, senang bila dipuji. Tetapi akhir-akhir ini dia merasa risih bahkan seperti terbebani.
Pujian yang menurut Mardanu kurang beralasan sering diterimanya.
2. Bagaimana watak tokoh?
Jawaban: Watak Maradanu adalah kesal karena merasa risih kalau dipuji yang seperti menyindirnya.
3. Apa peristiwa yang terjadi dalam teks?
Jawaban: Mardanu menjalani masa pensiun setelah mengabdi lama sebagai anggota TNI.
Isi teks: Ketika bertemu teman-teman untuk mengambil uang pensiun, ada saja yang bilang, "Ini Mardanu, satu-satunya teman kita yang uangnya diterima utuh karena tak punya utang."
Mardanu amat terkesan oleh kisah kepahlawanan itu.
Maka Mardanu kemudian mendaftarkan diri masuk tentara pada usia sembilan belas.
Ijazahnya hanya SMP, dan dia diterima sebagai prajurit tamtama.
Kegembiraannya meluap-luap ketika dia terpilih dan mendapat tugas sebagai penembak artileri pertahanan udara.
Dia berdebar-debar dan melelehkan air mata ketika untuk kali pertama dilatih menembakkan senjatanya.
Sepuluh peluru besar akan menghambur ke langit dalam waktu satu detik.
”Pesawat musuh pasti akan meledak kemudian rontok bila terkena tembakan senjata yang hebat ini,” selalu demikian yang dibayangkan Mardanu.
4. Apa nilai yang terkadung di dalam teks?
Jawaban: Dalam teks tersebut terkadung nilai-nilai kepahlawanan.
5. Kapan peristiwa penting dalam teks terjadi?
Jawaban: Siang dan sore hari.
Isi teks: Ketika bertemu teman-teman untuk mengambil uang pensiun, ada saja yang bilang, ”Ini Mardanu, satu-satunya teman kita yang uangnya diterima utuh karena tak punya utang.”
Mardanu amat terkesan oleh kisah kepahlawanan itu.
Maka Mardanu kemudian mendaftarkan diri masuk tentara pada usia sembilan belas.
Ijazahnya hanya SMP, dan dia diterima sebagai prajurit tamtama.
Kegembiraannya meluap-luap ketika dia terpilih dan mendapat tugas sebagai penembak artileri pertahanan udara.
Dia berdebar-debar dan melelehkan air mata ketika untuk kali pertama dilatih menembakkan senjatanya.
Sepuluh peluru besar akan menghambur ke langit dalam waktu satu detik.
”Pesawat musuh pasti akan meledak kemudian rontok bila terkena tembakan senjata yang hebat ini,” selalu demikian yang dibayangkan Mardanu.
6. Di mana peristiwa penting dalam teks terjadi?
Jawaban: Peristiwa dalam teks terjadi di:
- Lingkungan rumah saat Mardanu menjadi pensiun.
- Tempat tugas saat Mardanu masih menjadi tentara.
Baca Juga: Jawab Soal Bahasa Indonesia Kelas XI Bab 5 Kurikulum Merdeka, Adegan 1
7. Apa Tema atau gagasan utama teks?
Jawaban: Tema atau gagasan utama dari teks tersebut adalah perasaan seorang pensiunan TNI yang merasa tidak pantas menerima pujian.
Isi teks: Bagi Mardanu, pujian hanya pantas diberikan kepada orang yang telah melakukan pekerjaan luar biasa dan berharga dalam kehidupan.
Mardanu merasa belum pernah melakukan pekerjaan seperti itu.
Dari sejak muda sampai menjadi kakek-kakek dia belum berbuat jasa apa pun.
Ini yang membuatnya menderita karena pujian itu seperti menyindir-nyindirnya.
8. Apa pandangan dunia pengarang dalam teks?
Jawaban: Setiap orang harus dapat bersikap arif dan bijaksana dalam menghadapi hidupnya.
Nah, itu tadi pembahasan soal Latihan menyimak pembacaan cerpen "Lelaki yang Menderita bila Dipuji" karya Ahmad Tohari.
---
Sumber: Buku Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut: Cakap Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA Kelas XI Karya Rahmad Purwahida dan Maman.