adjar.id - Ada yang sudah pernah mendengar paribasan atau peribahasa bahasa Jawa?
Peribahasa merupakan ungkapan yang berisi makna tersirat, dapat dipahami pendengar dan pembaca karena keduanya di dalam lingkup budaya yang sama.
Ini artinya, paribasan atau peribahasa bahasa Jawa diungkapkan menggunakan bahasa Jawa yang hanya akan dimengerti orang yang bisa berbahasa Jawa.
Nah, kali ini kita akan menyimak contoh-contoh paribasan, Adjarian.
Tenang saja, setiap paribasan yang dibahas sudah disertai dengan maknanya, sehingga kita tetap bisa memahami intinya.
O iya, paribasan-paribasan di bawah ini dapat dijadikan sebagai nasihat hidup.
Simak, yuk!
Contoh Paribasan atau Peribahasa Jawa
1. Kebo gupak ajak-ajak (Kerbau kotor yang mengajak kotor kerbau lainnya).
Makna: Orang yang memiliki perbuatan atau sifat buruk, kemungkinan suka memengaruhi orang lain untuk berbuat demikian, sehingga jauhilah orang seperti itu.
2. Nabok njilih tangan (Memukul dengan meminjam tangan orang lain.)
Baca Juga: Mengenal Paribasan atau Peribahasa Jawa beserta Contohnya
Makna: Orang licik yang tidak berani menghadapi musuh secara langsung, melainkan meminta bantuan orang lain secara diam-diam.
3. Emban cindhe, emban siladan (Menggendong dengan selendang, menggendong dengan rautan bambu.)
Makna: Para penguasa yang tidak boleh membeda-bedakan rakyatnya.
4. Becik ketitik, ala ketara (Baik akan terbukti, buruk akan kelihatan.)
Makna: Sekecil apapun perbuatan baik kita, pasti akan terbukti. Sepandai-pandainya menutupi perbuatan buruk, pasti tetap akan terlihat.
5. Ngono ya ngono ning aja ngono. (Begitu ya begitu, tapi jangan begitu)
Makna: Peringatan agar seseorang tidak bertindak berlebihan, hingga mengganggu orang lain.
6. Tuna satak bathi sanak. (Rugi sedikit, tambah saudara.)
Makna: Dalam dunia pedagang, laba bukanlah segalanya. Berani mengambil risiko sedikit rugi, tetapi menambah banyak teman atau saudara.
7. Kekudhung wlulang macan. (Berkerudung kulit harimau.)
Makna: Seseorang yang mencapai keinginannya dengan menggunakan pengaruh dari penguasa.
Baca Juga: 8 Contoh Peribahasa Jawa atau Paribasan Menggunakan Metafora Kerbau
8. Kaya kali ilang kedhunge, pasar ilang kumandhange. (Seperti sungai kehilangan lubuk, pasar kehilangan gema.)
Makna: Adat kebiasaan yang mulai luntur, tergantukan dengan nilai-nilai modernisasi yang belum sepenuhnya dimengerti.)
9. Angkara gung ing angga anggung gumulung. (Angkara murka dalam badan selalu menggelora.)
Makna: Kewaspadaan uuntuk mengendalikan angkara murka yang dapat muncul kapan saja.
Nah, itulah contoh-contoh peribahasa bahasa Jawa atau paribasan yang bisa dijadikan nasihat, Adjarian.
Coba Jawab! |
Apa yang dimaksud dengan peribahasa? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
Saksikan video berikut ini, yuk!