adjar.id – Tahukah Adjarian kapan Hari Meteorologi Sedunia diperingati?
Hari Meteorologi Sedunia diperingati setiap tanggal 23 Maret, yaitu hri ini.
Nah, untuk memperingatinya, kita akan belajar sejarah perkembangan meteorologi atau pengamatan cuaca di Indonesia.
Saat ini, bidang pengamatan cuaca di Indonesia dinaungi oleh Badan Meteorologi dan Geofisika atau umum disebut BMKG.
BMKG bertugas melaksanakan pengamatan, pengelolaan data, analisa, dan membagikan informasi terkait meteorologi (cuaca), klimatologi (ilkim), dan geofisika (gempa bumi dan tsunami).
Nah, untuk menunjang tugas-tugas tersebut, saat ini BMKG memiliki lima balai besar Wilayah I-V, serta 180 stasiun Meteorologi, Stasiun Klimatologi, dan Stasiun Geofisika.
Namun, berdirinya BMKG ini tidak secara tiba-tiba dibentuk begitu saja, Adjarian.
Pengamatan cuaca di Indonesia sudah dimulai sejak lama, bahkan sejak zaman kolonial Belanda, sekitar tahun 1800-an.
Akan tetapi, dulunya pengamatan cuaca di Nusantara belum begitu besar, hanya dilakukan perorangan saja. Barulah kemudian berkembang beraneka ragam teknologi dan observatorium.
Baca Juga: Jatuh pada 23 Maret, Inilah Sejarah dan Tema Hari Meteorologi Sedunia
Sejarah Meteorologi atau Pengamatan Cuaca di Indonesia
Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, pengamatan meteorologi dan geofisikan di Indonesia dimulai tahun 1800-an, tepatnya di tahun 1841.
Mulanya, pengamatan ini dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, seorang Kepala Rumah Sakit di Bogor.
22 tahun kemudian, kegiatan pengamatan perorangan oleh Pemerintah Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah.
Namanya adalah Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi yang dikepalai oleh Dr. Bergsma.
Tahun demi tahun pengamatan cuaca semakin berkembang, karena semakin dibutuhkannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika dalam kehidupan sehari-hari.
Tahun 1879, mulai dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun di Pulau Jawa.
Pengamatan gempa bumi pun juga dimulai pada tahun 1908 dengan pemasangan komponen horisontal seismograf Wiechert di Jakarta.
Sementara itu, pemasangan komponen vertikal dilaksanakan 20 tahun setelahnya.
Baca Juga: Profesi Tenaga Ahli Prakiraan Cuaca: Peran, Tanggung Jawab, dan Jenjang Karier
Kemudian, pada masa pendudukan Jepang, nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho.
Bagaimana setelah Indonesia berhasil merdeka?
Nah, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut dipecah menjadi dua, yaitu berada di Yogyakarta dan di Jakarta.
Di Yogyakarta, dibentuk Biro Meteorologi yang berlokasi di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia, khusus digunakan untuk kepentingan Angkatan Udara.
Sementara di Jakarta, dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika, saat itu di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Kedudukan Jawatan Meteorologi dan Geofisika sempat mengalami perebutan yang cukup rumit antara Pemerintah Belanda dan Indonesia, Adjarian.
Namun, kembali berhasil diambil kembali oleh pemerintah Indonesia di bawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum.
Pada 1955, Indonesia akhirnya secara resmi bergabung menjadi anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization).
Sepuluh tahun setelahnya, Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika dan berkedudukan di bawah Departemen Perhubungan Udara.
Baca Juga: Daftar 20 Kota Paling Panas di Indonesia Menurut BMKG
Setelah sempat beberapa kali berubah nama dan dinaungi di bawah Departemen yang berbeda-beda, akhirnya melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008 ditetapkan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen.
Nah, Adjarian itulah sejarah meteorologi atau pengamatan cuaca di Indonesia.
Tonton juga video ini, yuk!