Nah, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut dipecah menjadi dua, yaitu berada di Yogyakarta dan di Jakarta.
Di Yogyakarta, dibentuk Biro Meteorologi yang berlokasi di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia, khusus digunakan untuk kepentingan Angkatan Udara.
Sementara di Jakarta, dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika, saat itu di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Kedudukan Jawatan Meteorologi dan Geofisika sempat mengalami perebutan yang cukup rumit antara Pemerintah Belanda dan Indonesia, Adjarian.
Namun, kembali berhasil diambil kembali oleh pemerintah Indonesia di bawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum.
Pada 1955, Indonesia akhirnya secara resmi bergabung menjadi anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization).
Sepuluh tahun setelahnya, Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika dan berkedudukan di bawah Departemen Perhubungan Udara.
Baca Juga: Daftar 20 Kota Paling Panas di Indonesia Menurut BMKG
Setelah sempat beberapa kali berubah nama dan dinaungi di bawah Departemen yang berbeda-beda, akhirnya melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008 ditetapkan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen.
Nah, Adjarian itulah sejarah meteorologi atau pengamatan cuaca di Indonesia.
Tonton juga video ini, yuk!