Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, pengamatan meteorologi dan geofisikan di Indonesia dimulai tahun 1800-an, tepatnya di tahun 1841.
Mulanya, pengamatan ini dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, seorang Kepala Rumah Sakit di Bogor.
22 tahun kemudian, kegiatan pengamatan perorangan oleh Pemerintah Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah.
Namanya adalah Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi yang dikepalai oleh Dr. Bergsma.
Tahun demi tahun pengamatan cuaca semakin berkembang, karena semakin dibutuhkannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika dalam kehidupan sehari-hari.
Tahun 1879, mulai dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun di Pulau Jawa.
Pengamatan gempa bumi pun juga dimulai pada tahun 1908 dengan pemasangan komponen horisontal seismograf Wiechert di Jakarta.
Sementara itu, pemasangan komponen vertikal dilaksanakan 20 tahun setelahnya.
Baca Juga: Profesi Tenaga Ahli Prakiraan Cuaca: Peran, Tanggung Jawab, dan Jenjang Karier
Kemudian, pada masa pendudukan Jepang, nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho.
Bagaimana setelah Indonesia berhasil merdeka?