adjar.id - Pembahasan kali ini ialah seputar penggunaan huruf miring berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia atau biasa disingkat PUEBI, Adjarian.
Saat membaca teks, misalnya di surat kabar atau koran, majalah, buku, dan sebagainya, Adjarian beberapa kali mungkin menemukan huruf yang dicetak miring.
Yap, dalam beberapa kondisi, suatu huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata di dalam suatu kalimat memang perlu ditulis miring.
Wah, mengapa suatu huruf atau tulisan perlu ditulis miring, ya?
Baca Juga: Cara Penulisan dan Penggunaan Huruf Kapital dalam Bahasa Indonesia
Yap, penulisan huruf miring dalam sebuah teks ada tujuan dan alasannya. Jadi, tidak sembarang dilakukan, Adjarian.
Di dalam bahasa Indonesia, aturan tentang penulisan huruf miring yang baik dan benar mengikuti seperti yang tercantum di dalam PUEBI atau dulunya dikenal sebagai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
Nah, supaya tidak bingung, simak penjelasan tentang aturan penggunaan huruf miring berdasarkan PUEBI berikut ini, yuk!
"Dalam beberapa hal, suatu huruf atau kata perlu ditulis dengan cetak miring."
Penggunaan Huruf Miring
Menurut PUEBI, huruf miring digunakan untuk beberapa hal seperti:
1. Menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip di dalam tulisan dan juga daftar pustaka.
Contoh:
- Kakak sudah selesai membaca buku pelajaran Bahasa Indonesia.
- Dongeng yang kusukai berjudul Kancil Mencuri Timun.
- Adik senang membaca majalah Bobo setiap selesai mengerjakan PR dari sekolah.
- Berita tersebut dimuat di surat kabar Kompas.
- Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Baca Juga: Penulisan Kata ‘di’ yang Benar dalam Ejaan Bahasa Indonesia
2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Contoh:
- Huruf abjad pertama adalah a.
- Huruf pertama kata hujan adalah h.
- Kakak tidak diantarkan, tapi mengantarkan.
- Pembelajaran hari ini tidak membahas tentang puisi.
- Tugas hari ini adalah membuat contoh kalimat dengan ungkapan tangan besi.
"Huruf miring digunakan di antaranya untuk menuliskan judul buku dan menegaskan atau mengkhususkan sesuatu."
3. Menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing.
Contoh:
Tradisi rasulan masih digelar di sejumlah daerah di Gunung Kidul, Yogyakarta.
Nama ilmiah padi adalah Oryza sativa, sedangkan nama ilmiah jagung adalah Zea mays.
Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani adalah semboyan pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Istilah adorable dalam bahasa Indonesia berarti manis (sekali) atau menawan hati.
Baca Juga: Kumpulan Contoh Soal, Jawaban, dan Pembahasan Seputar Tanda Baca
Catatan tentang Penggunaan Huruf Miring
Dilansir dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, ada beberapa catatan mengenai penggunaan huruf miring, seperti:
1. Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
2. Dalam naskah tulis tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
3. Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara langsung dalam teks bebahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.
Nah, itulah penjelasan tentang penggunaan huruf miring menurut PUEBI, Adjarian.
Sekarang jawab pertanyaan di bawah ini, yuk!
Pertanyaan |
Apakah nama majalah perlu ditulis dengan huruf miring? |
Petunjuk: Cek halaman 2. |