adjar.id - Adjarian, siapa yang rasanya kurang lengkap jika makan tanpa kerupuk?
Ada beragam kerupuk, di antaranya kerupuk udang dan kerupuk rambak.
Nah, rasa kerupuk yang didominasi asin nan gurih membuat kerupuk selalu cocok dijadikan pendamping aneka makanan.
Apalagi tekstur renyahnya menambah sensasi tersendiri.
Kerupuk memang bukanlah makanan baru bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Baca Juga: Tips Mengatasi Rambut Rontok dengan Cara Rumahan yang Sederhana
Bahkan ada kuliner Nusantara yang menjadikan kerupuk sebagai bahan baku masakan, lo, yakni seblak.
Nah, makanan ringan ini ternyata menyimpan cerita yang patut kita ketahui.
Bagaimana, sih, sejarah kerupuk di Indonesia? Yuk, kita cari tahu!
Sudah Ada di Pulau Jawa Semenjak Abad ke-9 M
Makanan renyah pendamping makan ini ternyata tercatat di prasasti Batu Pura.
Di sana tertulis tentang kerupuk rambak yang terbuat dari kulit kerbau atau sapi sudah ada semenjak abad ke-9 M atau ke-10 M di Pulau Jawa. Wah, sudah lama sekali, ya!
Uniknya, keberadaan kerupuk rambak pun masih ada hingga kini, seperti di Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Sukoharjo, dan beberapa daerah lainnya di Indonesia.
Baca Juga: Muka Terus Berminyak, Ketahui 6 Cara Mengurangi Minyak di Wajah Kita
Menyebar pada Abad ke-19 M
Seiring berkembangnya waktu, kerupuk menyebar ke penjuru Nusantara bahkan sampai ke Semenanjung Melayu.
Dalam naskah Melayu karya Abdul Kadir Munsyi, saat menyebut Kuantan (Malaysia) sekitar abad ke-19 M disebut juga tentang keropok alias kerupuk.
Bukan orang Melayu saja, kerupuk mulai disukai pada zaman penjajahan Belanda.
Makanya, tidak heran jika kerupuk seolah wajib ada di setiap hidangan Nusantara.
Rambak Hanya untuk Masyarakat Kalangan Atas
Kala itu, jenis kerupuk rambak sering disamakan dengan kerupuk aci. Tetapi keduanya sering disajikan untuk kasta yang berbeda.
Rambak hanya dihidangkan sebagai pelengkap bagi masyarakat kalangan atas, seperti priayi. Sementara, kerupuk aci menjadi sajian kerupuk versi kelas bawah.
Biasanya, rambak dimasak dengan bahan kulit ternak yang sudah dibuang lapisan selaput juga bulunya. Setelah itu, kulit direbus sampai empuk baru kemudian dijemur hingga kering.
Kini, inovasi makanan yang juga disebut kerupuk kulit itu bukan bisa dimakan begitu saja. Melainkan kita juga bisa menemukannya dalam sajian krecek khas Yogyakarta.
Baca Juga: Mengenal Manfaat Konsumsi Madu Untuk Kesehatan Kita, Yuk Cari Tahu!
Pengusaha Kerupuk Pertama dari Tasikmalaya Tahun 1930
Salah satu pengusaha kerupuk pertama berasal dari Tasikmalaya bernama Sahidin dan Sukarma yang sudah berjualan semenjak tahun 1930 di Jalan Kopo depan Rumah Sakit Emanuel Bandung.
Pegawai yang dulu pernah mengabdi di pabrik Sahidin dan Sukarma ini cukup banyak yang berhasil mendirikan usaha kerupuk sendiri.
Sekarang pun pengusaha kerupuk sudah tersebar hampir di seluruh penjuru Indonesia dengan beragam jenis kerupuk.
Jenis Kerupuk di Indonesia
Indonesia memiliki varian kerupuk yang tidak hanya sebagai penganan pendamping tapi masing-masing memiliki cerita dibaliknya.
Seperti karupuak jangek dari Minangkabau yang berbahan dasar kulit sapi atau kerbau.
Konon kerupuk tersebut terinspirasi dari kerupuk kulit babi dari orang Tionghoa yang datang ke Minangkabau semenjak abad ke-18 M.
Namun, kerupuk tersebut kemudian disesuaikan menjadi kulit sapi atau kerbau dikarenakan penduduk Minangkabau mayoritas Muslim.
Baca Juga: Cegah Kanker Kulit dengan Rajin Menggunakan Sunscreen, Ini Manfaatnya!
Masyarakat Melayu di Indonesia pada abad ke-19 memanfaatkan hasil laut seperti udang dan ikan untuk dijadikan bahan dasar kerupuk.
Sampai kini pun, kerupuk udang dan kerupuk ikan mudah didapat baik mentah maupun sudah digoreng di pasar tradisional maupun ritel modern.
Masih banyak ragam kerupuk di Indonesia seperti melinjo, emping melinjo, amplang, dan lainnya.
Siapa, nih, Adjarian yang baru tahu mengenai sejarah kerupuk? Lebih suka makan kerupuk dijadikan camilan atau pendamping saat makan, nih?