adjar.id - Indonesia memiliki alam yang luas terdiri dari pulau-pulau, hutan, dan gunung.
Di dalamnya tinggal satwa atau hewan yang beraneka ragam, Adjarian.
Mereka hidup di alam Indonesia dan hanya dapat ditemukan di Indonesia, atau disebut dengan istilah endemik.
Satwa endemik adalah satwa yang hanya dapat ditemukan dan tumbuh berkembang secara alami dalam wilayah geografis tertentu.
Nah, di Indonesia ada banyak satwa endemik yang keberadaannya perlu kita ketahui dan lindungi bersama.
Berikut beberapa di antaranya.
1. Harimau Sumatra
Harimau sumatra memiliki nama latin Panthera tigris sumatrae.
Sesuai dengan namanya, harimau ini tinggal di Pulau Sumatra, tetapi keberadaannya sudah dikenal di dunia.
Sayangnya, keberadaan harimau sumatra terancam punah, Adjarian.
Pada tahun 2018 diketahui jumlah harimau sumatra di alam liar hanya sekitar 603 ekor yang tersebar di Pulau Sumatra.
Baca Juga: Benarkah Satwa Liar Tidak Boleh Dijadikan Hewan Peliharaan di Rumah?
Untuk melindungi harimau sumatra dari kepunahan, pemerintah menjadikan beberapa lokasi sebagai tempat konservasi, seperti Taman Nasional Kerinci Seblat.
2. Badak Sumatra
Di Sumatra tidak hanya ada harimau sebagai satwa khas Indonesia, tetapi juga ada badak sumatra dengan nama latin Dicerorhinus sumatrensis
Keberadaan badak sumatra sangat mengkhawatirkan. Jumlahnya diperkirakan kurang dari 80 ekor.
O iya, diperkirakan hewan ini hanya melahirkan satu anak setiap tiga atau empat tahun sekali.
3. Orang utan
Orang utan atau dalam bahasa latin Pongo adalah satwa khas Indonesia.
Di Indonesia terdapat tiga jenis orang utan, yaitu orang utan sumatra, orang utan kalimantan, dan orang utan tapanuli.
Dari ketiga jenis orang utan tersebut, orang utan sumatra merupakan jenis yang kritis.
4. Gajah Kalimantan
Gajah Kalimantan dengan nama latin Elephas maximus borneensis merupakan gajah asli Indonesia.
Baca Juga: Jenis Elang Apa Saja yang Dilindungi di Indonesia?
Ciri khas dari gajah kalimantan adalah memiliki ukuran tubuh seperlima lebih kecil daripada jenis gajah India.
5. Burung Jalak Bali
Indonesia memiliki spesies burung yang sangat indah dengan bulu warna biru di sekitar mata yang menjadi ciri khas, yaitu burung jalak bali.
Masyarakat Bali biasa menyebut burung ini dengan sebutan curik putih atau curik bali.
Sayangnya, populasi burung jalak bali semakin sedikit, Adjarian.
Oleh sebab itu, pemerintah menetapkan tempat konservasi buruk jalak bali di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB).
6. Burung Cenderawasih
Burung cenderawasih merupakan spesies burung asal Papua, yang memiliki julukan burung dari surga.
Hal tersebut dikarenakan burung cenderawasih memiliki bulu yang indah dan cantik.
7. Komodo
Komodo merupakan salah satu satwa asli Indonesia yang sangat terkenal karena habitatnya di Pulau Komodo menjadi destinasi wisata.
Baca Juga: Berapa Jumlah Flora dan Fauna yang Dilindungi di Indonesia?
Pulau Komodo menjadi habitat terakhir dan satu-satunya yang dihuni sekitar 5.700 komodo.
Pada tahun 1991, UNESCO menetapkan bahwa kawasan tersebut sebagai Situs Warisan Alam Dunia.
8. Badak Jawa
Indonesia memiliki badak yang hanya bisa ditemukan di Pulau Jawa.
Kita bisa melihat badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon.
Badak jawa termasuk dalam 25 spesies prioritas utama konservasi oleh pemerintah Indonesia, karena berstatus terancam punah.
9. Burung Maleo
Burung maleo menjadi satwa khas Indonesia selanjutnya. Burung ini memiliki habitat di Taman Nasional Lore Lindu.
Kita tidak akan bisa menemukan burung ini di tempat lain di dunia, hanya di Sulawesi Tengah saja.
10. Monyet Hitam Sulawesi
Disebut monyet hitam, karena monyet sulawesi memiliki warna tubuh yang hitam pekat.
Baca Juga: Kawasan Perlindungan Flora dan Fauna di Indonesia
Monyet hitam sulawesi merupakan satwa khas Indonesia yang berstatus sebagai satwa yang dilindungi negara.
Nah, itu dia beberapa satwa khas Indonesia yang perlu kita lindungi bersama.
Coba Jawab! |
Apa nama latin harimau sumatra? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
Tonton video ini juga, yuk!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Mumtahanah Kurniawati |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR