adjar.id - Kerajaan Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu yang ada di Nusantara.
Kerajaan Mataram Kuno ini didirikan oleh Wangsa Sanjaya saat pemerintahan Rakai Mataram di tahun 732 Masehi.
Selama berdiri, Kerajaan Mataram Kuno dikuasai oleh tiga dinasti berbeda sampai akhirnya kerajaan ini mengalami kemunduran, Adjarian.
Tiga dinasti yang berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno, yaitu Dinasti Sanjaya, Dinasti Syailendra, dan Dinasti Isyana.
Pertama kali Kerajaan Mataram Kuno didirikan di Bhumi Mataram yang letaknya ada di sekitar Yogyakarta.
Pada masa pemerintahan Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra, ibu kota kerajaan berada di Jawa Tengah.
Akan tetapi, pada masa pemerintahan Dinasti Isyana, ibu kota kerajaan dipindah ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok.
Nah, seperti apa kehidupan ekonomi Kerajaan Mataram Kuno?
"Puncak kejayaan Kerajaan Mataram Kuno terjadi pada masa pemerintahan Sri Darmatungga yang berhasil memperluas wilayah kerajaan sampai ke Semenanjung Malaka."
1. Bertumpu di Sektor Agraris
Wilayah Kerajaan Mataram Kuno dikelilingi oleh sungai-sungai besar dan pegunungan.
Baca Juga: Kehidupan Sosial dan Kebudayaan Kerajaan Mataram Kuno
Oleh karena itu, wilayah Kerajaan Mataram Kuno mempunyai tanah yang subur dan cocok untuk kegiatan pertanian.
O iya, itulah alasan mengapa kehidupan ekonomi dari Kerajaan Mataram Kuno lebih mengarah kepada kegiatan di sektor agraris atau pertanian, Adjarian.
Sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi, pemerintah Kerajaan Mataram Kuno sudah berusaha mengembangkan dan meningkatkan sektor pertanian.
Nah, selain bertani, mata pencaharian penduduk Kerajaan Mataram Kuno adalah perajin dan pedagang.
Pada masa pemerintahan Rakai Dyah Balitung, sektor perdagangan lebih mendapat perhatian.
Aktivitas perdagangan di Kerajaan Mataram Kuno dihubungkan melalui sungai Bengawan Solo.
Bahkan Raja Dyah Balitung membangun pusat perdagangan di sekitar sungai Bengawan Solo.
Penduduk Kerajaan Mataram Kuno tidak melakukan transaksi perdagangannya setiap hari.
Akan tetapi, transaksi perdagangan hanya dilakukan di hari-hari tertentu yang menjadi hari bertemunya pedagangan dan pembeli.
Selain menjual hasil produksi pertanian, masyarakat Kerajaan Mataram Kuno juga menjual hasil kerajinan tangan, pakaian, gula kepala, perkakas, kapur sirih, dan lainnya.
Menurut peninggalan sejarah Kerajaan Mataram Kuno, proses perdagangan di kerajaan tersebut bahkan dilakukan dengan pihak asing.
Baca Juga: Mengenal Silsilah Kerajaan Mataram Kuno
Hal ini dapat terlihat pada relief Candi Borobudur yang memperlihatkan beberapa kapal layar besar yang bercadik.
Bahkan dalam prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno diketahui bahwa pedagangan asing, seperti dari Asia Tenggara dan Tiongkok pernah menetap di Jawa.
Mereka menetap di Jawa dalam waktu tertentu demi melakukan perdagangan di Kerajaan Mataram Kuno.
2. Penggunaan Sistem Pajak
Kerajaan Mataram Kuno terhadap masyarakatnya menerapkan sistem pajak yang dilakukan oleh para pejabat yang mendapat tanggung jawab.
Pajak yang dipungut oleh Kerajaan Mataram Kuno berupa pajak hasil bumi, pajak perdagangan, pajak usaha kerajinan, dan pajak tanah.
Khusus pajak hasil bumi, sistem penarikannya dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun, yaitu pada saat setelah musim panen.
Nah, pajak bisa dibayarkan dalam bentuk uang atau hasil bumi, Adjarian.
Bahkan, menurut berita dari Tiongkok, rakyat Kerajaan Mataram Kuno harus membayar pajak sebesar 10% dari hasil tanah mereka.
Selain itu, menurut prasasti peninggalan kerajaan, menjelaskan bahwa pajak tanah ditentukan berdasarkan dari luas tanah yang dimiliki masyarakat.
Sementara pajak yang ditetapkan untuk para perajin dan pedagang tidak diketahui besarannya.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
"Kehidupan ekonomi Kerajaan Mataram Kuno ada yang bertumpu di sektor agraris dan penggunaan sistem pajak."
Demikianlah kehidupan ekonomi dari Kerajaan Mataram Kuno.
Coba Jawab! |
Apa saja dinasti yang pernah memerintah di Kerajaan Mataram Kuno? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
---
Sumber: Buku Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Edisi Revisi 2017 karya Restu Gunawan, dkk.
Tonton video ini juga, yuk!
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR