"Tapi punggungku sakit, sudah tidak kuat, ditambah kakiku luka-luka. Aku mohon, sekali ini saja," jelas keledai dengan wajah yang penuh harap.
Kuda hanya tertawa.
Keduanya kembali bekerja dengan beban kerja seperti biasanya.
Sang keledai berusaha membawa beban berat, ia tetap ikhlas menjalani semampunya, meski berjalan lebih pelan daripada biasanya.
Melihat hal ini, kuda semakin bangga dengan kegagahannya dengan meledek keledai.
Baca Juga: 4 Manfaat Mendengarkan Dongeng sebelum Tidur #MendongenguntukCerdas
"Dasar hewan lemah! Begitu saja tidak bisa. Lihat aku! Gagahnya diriku, tak sepertimu,"
Pada akhirnya, keledai sudah tak kuat menahan sakit, tubuhnya semakin lemas. Ia terjatuh dan tergeletak tak sadarkan diri hingga akhirnya mati.
Mengetahui hal ini, sang peternak langsung menghampiri keledai dengan hati yang terkejut dan sangat sedih.
Ia merasa bersalah karena memberi beban yang lebih kepada keledai hingga harus kehilangan tenaga angkutnya.
Begitu pula dengan kuda yang harus kehilangan satu-satunya teman yang ia miliki.
Ia menyesali perbuatannya, hingga akhirnya kini harus bekerja sendirian dengan menanggung semua beban.
Nah, Adjarian, itulah dongeng "Kuda dan Keledai Si Pengangkut Rumput" yang bisa diambil nilai moralnya.
#MendongenguntukCerdas
Coba Jawab! |
Siapa yang diperlakukan tidak adil dalam dongeng "Kuda dan Keledai Si Pengangkut Rumput"? |
Petunjuk: Cek halaman 2. |
Saksikan video berikut ini, yuk!
Penulis | : | Jestica Anna |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR