Nah, peristiwa inilah yang menjadi salah satu faktor terjadinya musim hujan di Indonesia, Adjarian.
Asal kata “La Nina” sendiri diambil dari bahasa Spanyol yang berarti “Gadis kecil”.
Badan Meteorologi, KLimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa ketika fenomena La Nina terjadi, Suhu Muka Laut (SML) Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan.
Lalu, apa dampaknya?
Nah, tentu saja pendinginan ini akan berpotensi mengurangi pertumbuhan awan di bagian samudera tersebut.
Di samping itu, angin pasat juga berembus lebih kencang di sepanjang Samudera Pasifik, yakni dari Amerika Selatan ke arah Indonesia.
Angin pasat sendiri merupakan angin yang bertiup secara konstan sepanjang tahunnya, dari daerah subtropis menuju daerah khatulistiwa.
Baca Juga: Keadaan Iklim di Indonesia Secara Umum, Salah Satunya Akibat Perubahan Angin Musim
Peristiwa ini akan menungkatkan curah hujan di Indonesia, sehingga musim hujan akan berlangsung lebih lama.
Supari, Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, menyatakan bahwa indikasi menguatnya La Nina ini akan memengaruhi musim kemarau di wilayah Indonesia, seperti dikutip dari Kompas.com, Rabu (1/6/2022).
Nah, wajar saja jika Adjarian merasa suhu terasa lebih dingin dan terjadi hujan belakangan ini.
Supari juga menambahkan bahwa BMKG sudah memperhitungkan adanya kondisi kemarau basah yang terjadi di tahun ini.
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Jestica Anna |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR