Ayahnya termasuk seorang priayi atau golongan terhormat yang menyekolahkan putra-putrinya, termasuk Dewi Sartika.
Meski demikian, Dewi hanya sempat belajar di Sekolah Kelas Satu atau Eereste Klasse School untuk penduduk non-Eropa sampai kelas dua.
Kemudian, Raden Somanegara diasingkan ke Ternate oleh pemerintah kolonial atas tuduhan terlibat dalam sabotase di dalam acara pacuan kuda yang diselenggarakan di Tegallega, pada 1893.
Ia terlibat tuduhan untuk mencelakai bupati Bandung, R.A.A. Martanegara.
Karena kasus tersebut, Dewi akhirnya tinggal bersama pamannya, raden Deman Suria Kartadiningrat. Pamannya juga memiliki jabatan sebagai seorang Patih Cicalengka.
Meskipun menerima pendidikan yang sesuai dengan budaya Sunda, akan tetapi, Dewi disambut dingin dan diperlakukan berbeda.
Ia banyak diberikan pekerjaan rumah dan juga harus menetap di kamar belakang.
Baca Juga: Bentuk Keteladanan Pahlawan Revolusi Nasional Jenderal Sudirman
Paman Dewi memberi perlakuan tersebut atas hukuman yang diterima ayahnya karena dianggap sebagai aib, mengingat keluarganya merupakan keluarga terpandang.
Perjuangan Dewi Sartika
Kedudukan perempuan dalam masyarakat Sunda mengalami kemunduran dikarenakan beberapa faktor.
Pertama, pada zaman pemerintahan Kerajaan Mataram berkembang sistem feodalisme. Feodalisme merupakan struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik yang dijalankan kalangan bangsawan.
Penulis | : | Jestica Anna |
Editor | : | Aisha Amira |
KOMENTAR