adjar.id – Di dalam bahasa Jawa, ada yang disebut dengan ukara tanggap dan ukara tanduk, Adjarian.
Kalau di dalam bahasa Indonesia, kita mengenal istilah kalimat aktif dan kalimat pasif. Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan.
Contoh kalimat aktif adalah "Budi makan ayam goreng". Kalimat tersebut menerangkan bahwa Budi sebagai subjek sedang makan ayam goreng.
Nah, sementara kalimat pasif merupakan kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Kalimat ini umumnya fokus pada objek yang terdampak.
Misalnya pada kalimat “Ayam goreng dimakan Budi,” dalam kalimat ini, kita akan lebih menekankan pada “ayam goreng” yang dimakan oleh Budi.
Sama halnya dengan bahasa Jawa, di dalam bahasa Jawa, kalimat aktif disebut dengan ukara tanduk sementara kalimat pasif disebut dengan ukara tanggap.
Nah, apa yang dimaksud dengan ukara tanduk dan ukara tanggap? Bagaimana contoh kalimatnya?
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai keduanya, Adjarian. Yuk, simak uraian berikut!
“Ukara tanduk adalah kalimat aktif dan ukara tanggap adalah kalimat pasif.”
Baca Juga: Ungkapan Perkenalan Menggunakan Bahasa Jawa Ngoko dan Contoh Dialognya
Ukara Tanduk (Kalimat Aktif)
Ukara tanduk merupakan kalimat yang predikatnya (wasesane) memakai kata kerja (tembung kriya) tanduk atau mendapatkan awalan (ater-ater) anuswara (n-, m-, ng-, ny-) dan subjek (jejer) melakukan pekerjaan.
Ukara tanduk dibagi menjadi dua, yakni ukara tanduk mawa lesan (kalimat aktif transitif) dan ukara tanduk tanpa lesan (kalimat aktif intransitif).
Berikut contoh ukara tanduk mawa lesan (kalimat aktif transitif).
1. Ayudia ngombe banyu.
(Ayudia minum air.)
2. Tono nggambar gunung.
(Tono menggambar gunung.)
3. Lina nandur pari.
Baca Juga: Lirik dan Makna Lagu Tradisional Jawa Tengah Gundul-Gundul Pacul
(Lina menanam padi.)
4. Bapak maca buku.
(Bapak membaca buku.)
5. Adhiku nggarap tugas.
(Adik mengerjakan tugas.)
Nah, sedangkan di bawah ini contoh ukara tanduk tanpa lesan (kalimat aktif intransitif).
1. Dirga adus.
(Dirga mandi.)
2. Umar sinau.
Baca Juga: Makna dan Nilai Moral Lagu Tradisional Jawa Cubak-Cublak Suweng
(Umar belajar.)
3. Mbakku ngguyu.
(Kakak perempuanku tertawa.)
4. Faisal mlaku-mlaku.
(Faisal jalan-jalan.)
5. Atha turu.
(Atha tidur.)
"Awalan n-, m-, ng-, ny- dapat ditambahkan untuk membentuk ukara tanduk."
Ukara Tanggap (Kalimat Pasif)
Baca Juga: Apa yang Dimaksud dengan Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan?
Ukara tanggap adalah kalimat yang predikatnya (wasesane) menggunakan kata kerja (tembung kriya) tanggap atau mendapatkan awalan (ater-ater) tripurusa (dak-, kok-, di-) dan subjek (jejer) dikenai pekerjaan.
Contoh ukara tanggap:
1. Banyune diombe Ayudia.
(Airnya diminum Ayudia.)
2. Klambine dituku Budi.
(Bajunya dibeli Budi.)
3. Bukuku disilih Fajar.
(Bukuku dipinjam Fajar.)
4. Parine ditandur Nurul.
Baca Juga: Jawab Soal Membuat Kalimat Sederhana, Kelas 2 Tema 3
(Padinya ditanam Nurul.)
5. Gununge digambar Tono.
(Gunungnya digambar Tono.)
Nah, demikian penjelasan serta contoh kalimat ukara tanduk dan ukara tanggap, Adjarian.
Untuk mengasah pemahaman, coba kerjakan soal berikut, yuk!
Pertanyaan |
Buatlah masing-masing satu ukara tanduk mawa lesan dan ukara tanggap! |
Petunjuk: Cek halaman 2-5. |
Penulis | : | Jestica Anna |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR