Kaidah-Kaidah Kebahasaan yang Digunakan dalam Puisi Rakyat

By Rizky Amalia, Kamis, 15 Agustus 2024 | 15:30 WIB
Puisi termasuk ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. (Wallace Chuck)

adjar.id - Apa yang Adjarian ketahui tentang puisi rakyat?

Kali ini kita akan mempelajari tentang kaidah kebahasaan puisi rakyat.

Puisi termasuk ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait.

Puisi juga diartikan sebagai karya sastra yang disajikan dalam bahasa yang indah dan bersifat imajinatif.

Secara umum, puisi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu puisi baru dan puisi rakyat atau puisi lama.

Puisi rakyat adalah jenis puisi yang berkembang pada kehidupan sehari-hari sebagai tradisi masyarakat setempat.

Puisi rakyat bersifat terikat atau baku oleh berbagai ketentuan, seperti banyaknya suku kata pada setiap larik, pola rima, hingga larik setiap bait.

Jenis-jenis puisi rakyat, yaitu pantun, gurindam, syair, mantra, talibun, seloka, dan karmina.

Sementara ciri-ciri puisi rakyat ialah sering menggunakan majas, disampaikan lewat mulut ke mulut, serta sering kali tidak dikenal nama pengarangnya.

Puisi rakyat juga terikat pada ketentuan-ketentuan, seperti jumlah suku kata, jumlah baris, jumlah bait, dan rima.

Umumnya teks puisi rakyat mengandung nilai yang berkembang pada kehidupan masyarakat serta pesan warisan leluhur.

Baca Juga: Ciri-Ciri Puisi Rakyat: Gurindam, Pantun, dan Syair

Sebagai karya sastra lisan maupun tulis yang hidup di masyarakat tradisional, puisi rakyat mengandung pengetahuan-pengetahuan tertentu.

Puisi rakyat ditulis atau disampaikan untuk menghibur seseorang atau kelompok tertentu.

Selain itu, jenis puisi ini juga berisi petuah atau pesan moral tentang aturan hidup yang baik dan benar.

Yuk, kita pelajari sama-sama apa saja kaidah kebahasaan puisi rakyat!

Kaidah-Kaidah Kebahasaan Puisi Rakyat

1. Menggunakan Kalimat Larangan

Salah satu kaidah kebahasaan yang digunakan dalam puisi rakyat adalah menggunakan kalimat larangan. (Ánh Đặng)

Kalimat larangan merupakan kalimat yang bertujuan melarang orang lain agar tidak melakukan sesuatu.

Kalimat larangan dalam pantun biasanya ditandai dengan kata 'janganlah' atau 'hindarilah'.

2. Menggunakan Kalimat Tunggal dan Majemuk

Kalimat tunggal merupakan jenis kalimat yang hanya terdiri atas satu pola kalimat.

Sementara kalimat majemuk ialah kalimat yang bentuknya lebih luas dari kalimat tinggal.

Baca Juga: 4 Kata Penghubung yang Sering Digunakan pada Puisi Rakyat

Biasanya kalimat majemuk memiliki dua pola kalimat atau lebih yang terdiri dari induk dan anak kalimat.

3. Menggunakan Kata-Kata Arkais

Arkais adalah tidak lazim dipakai, dalam hal ini merujuk pada kata.

Pengertian arkais merupakan kata yang tidak lazim ditemukan atau digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Puisi rakyat menggunakan kata-kata arkais yang sudah tidak lazim digunakan pada masa kini.

4. Mengandung Kalimat Perintah, Saran, Ajakan, Larangan, dan Kalimat Pernyataan

Puisi rakyat memuat nasihat sehingga menggunakan kalimat perintah, kalimat ajakan, kalimat larangan, dan kalimat pernyataan.

"Wahai Kakanda, dengarlah pesan ini." sebagai contoh kalimat perintah.

5. Menggunakan Konjungsi

Konjungsi adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan kata, frasa, klausa, ataupun kalimat.

Konjungsi dalam puisi rakyat bisa berupa konjungsi yang menyatakan sebab, akibat, syarat, dan tujuan.

Baca Juga: Ciri-Ciri Gurindam, Salah Satu Jenis Puisi Rakyat

Nah, demikian penjelasan tentang kaidah kebahasaan yang digunakan dalam puisi rakyat.

Coba Jawab!
Apa saja jenis-jenis puisi rakyat?
Petunjuk: Cek di halaman 1.

Tonton video ini, yuk!