adjar.id - Kerajaan Demak merupakan salah satu kerajaan bercorak Islam di pulau Jawa.
Kerajaan Demak berdiri sekitar abad ke-16 oleh Raden Patah sekaligus menjadi raja pertama Kerajaan Demak.
Kerajaan Demak juga dikenal sebagai salah satu pusat persebaran agama Islam di Indonesia, Adjarian.
Kerajaan Demak dalam menyebarkan agama Islam dibantu oleh Walisongo.
O iya, lokasi Kerajaan Demak sendiri berada di Jawa Tengah, tepatnya di daerah bernama Bintoro.
Sebelum berdiri sebagai kerajaan, Demak adalah sebuah kadipaten yang termasuk bagian Kerajaan Majapahit.
Nah, puncak kejayaan Kerajaan Demak berlangsung di bawah pemerintahan Sultan Trenggono tahun 1521-1546.
Lalu, bagaimana kehidupan masyarakat di masa kejayaan Kerajaan Demak?
Simak pembahasannya, yuk!
"Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah di abad ke-16 dan menjadi raja pertama Kerajaan Demak."
Kehidupan Masyarakat Kerajaan Demak
Berikut ini adalah beberapa pembahasan terkait kehidupan masyarakat kerajaan demak di masa kejayaannya:
Baca Juga: Sejarah Masa Kejayaan Kerajaan Demak
1. Kehidupan Sosial
Adanya akses yang cukup masih terhadap agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat merupakan perbedaan yang paling mendasar dari kehidupan masyarakat di kerajaan Islam dan Kerajaan Hindu.
Dalam agama Islam, tidak ada yang namanya sistem kasta, jadi dapat dianut oleh berbagai lapisan masyarakat.
Selain itu, dalam agama Islam juga tidak terdapat ritual-ritual yang harus mengeluarkan biaya yang mahal.
Misalnya persembahan kepada brahmana atau dewa seperti yang dilakukan oleh umat agama Hindu.
Sistem sosial yang terdapat di dalam kerajaan Islam sifatnya egaliter, seperti salat jumat yang dilaksanakan secara bersama-sama.
Hal tersebut merupakan bentuk kebaruan yang tidak dapat ditemui di masa sebelum Islam.
Terlebih dalam sistem feodal yang meletakkan posisi pemimpin di tempat yang sangat tinggi.
Hampir semua masyarakat Demak, terutama masyarakat yang ada di pusat kekuasaan menganut agama Islam.
Kemudian semakin ditunjang dengan adanya dakwah yang dilakukan para ulama yang dekat dengan penguasa, yaitu Walisongo.
2. Kehidupan Politik
Baca Juga: Perkembangan Kerajaan Demak dalam Aspek Sosial-Budaya dan Ekonomi
Jika dilihat melalui kacamata politik dan sistem pemerintahannya, Kerajaan Demak merupakan kerajaan terbesar di Jawa.
Kerajaan Demak berhasil mengakhiri dominasi yang telah dilalui oleh Kerajaan Majapahit dan eksistensi penguasa Sunda yang sudah lama berlangsung.
Kerajaan Demak menempatkan adipati sebagai panjang tangan raja atau sultan.
Sedangkan wilayah, seperti Surabaya, Tuban, dan Madiun memiliki adipati yang cukup berpengaruh.
Di abad ke-16, Kerajaan Demak diganggu oleh kedudukan Portugis di Malaka.
Kemudian di tahun 1527, terjadi perebutan Sunda Kepala untuk menguasai pesisir di pantai utara sekaligus menangkal kedatangan Portugis di Jawa.
3. Kehidupan Ekonomi
Posisi Kerajaan Demak berada di pesisir utara Jawa, sehingga sumber ekonomi masyarakat demak adalah perdagangan laut.
Kerajaan Demak sangat aktif dalam melakukan perdagangan laut adalah karena tidak adanya kerajaan Islam lain di pulau Jawa.
Masa kejayaan Kerajaan Demak berlangsung di bawah pemerintahan Sultan Trenggono.
Saat itu, Kerajaan Demak berhasil memperluas wilayahnya dan menguasai mayoritas pelabuhan utama.
Baca Juga: Penyebab Runtuhnya Kerajaan Demak
Misalnya Surabaya, Semarang, Tuban, Madura, Sunda Kelapa, Jepara, dan Cirebon.
Tidak hanya itu, kadipaten yang ada di pedalaman, seperti Pajang, Madiun, Kediri, Malang, dan Pati juga menjadi sumber utama pertanian dan peternakan untuk komoditas dagang.
Dalam bidang pertanian, beras Jawa adalah komoditas penting dalam perdagangan internasional di Indonesia.
"Kehidupan masyarakat Kerajaan Demak terbagi menjadi kehidupan sosial, kehidupan politik, dan kehidupan ekonomi di masa kejayaan kerajaan."
Itulah pembahasan terkait kehidupan masyarakat di masa kejayaan Kerajaan Demak.
Coba Jawab! |
Siapa pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Demak? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
---
Sumber: Buku Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Edisi Revisi 2017 karya Restu Gunawan, dkk., Kemendikbud tahun 2017.