Kesultanan Jambi: Masa Kejayaan dan Keruntuhan

By Nabil Adlani, Jumat, 26 Januari 2024 | 10:00 WIB
Provinsi Jambi pernah memiliki kerajaan bercorak Islam, yaitu Kesultanan Jambi. (unsplash/Deddy Romnan Rumapea)

Selain itu, juga kegiatan perdagangan melibatkan bangsa Melayu, Jawa, dan Makassar.

Kehidupan ekonomi Kesultanan Jambi yang makmur karena kegiatan perdagangan yang bisa membawa kesultanan menuju ke puncak kejayaan.

Masa ini terjadi di bawah pemerintahan Sultan Abdul Kahar di tahun 1615.

Sultan Abdul Kahar berhasil membawa kesultanannya menjadi makmur karena monopoli perdagangan lada dan pengenaan bea ekspor.

Pada tahun 1616, ibu kota Jambi telah dipandang sebagai pelabuhan terkaya kedua di Pulau Sumatra setelah Aceh.

Bahkan, keuntungan Kesultanan Jambi berdasarkan data VOC sebesar 30-35 persen berasal dari lada yang telah terjual.

Sultan Abdul Kahar dikatakan juga sebagai penguasa yang kuat dan tidak takut dengan tuntutan dari Raja Johor.

Selain itu, Sultan Abdul Kahar juga tidak pernah mau bekerja sama dengan VOC.

"Masa kejayaan Kesultanan Jambi berlangsung di masa pemerintahan Sultan Abdul Kahar."

Keruntuhan Kesultanan Jambi

Memasuki tahun 1643, Sultan Abdul Kahar memilih untuk turun takhta dan digantikan oleh Sultan Agung atau Pangeran Depati Anom.

Peristiwa tersebut terjadi setelah VOC memberikan perjanjian dagang kepada Kesultanan Jambi yang bertujuan melakukan monopoli.

Baca Juga: Daftar Raja dan Peninggalan Kerajaan Siak