Selain itu, Kesultanan Banjar juga mempunyai hasil sumber daya alam, seperti lada, rotan, damar, emas, dan intan yang melimpah.
Hal ini jugalah yang kemudian mendorong Belanda untuk merencanakan strategi agar bisa menguasai Kesultanan Banjar, Adjarian.
Interaksi antara Kesultanan Banjar dan Belanda mulai terjadi di sekitar tahun 1840-an.
Setelah interaksi tersebut, Belanda mulai mencoba untuk mencampuri urusan di beberapa wilayah wilayah Kesultanan Banjar.
Selain itu, Belanda juga ikut memadamkan berbagai sengketa yang terjadi di wilayah Kesultanan Banjar.
Imbalannya, Belanda akan menerima hak khusus untuk bisa mencampuri urusan dalam negeri Kesultanan Banjar.
Nah, kondisi tersebut berlangsung sangat lama, sampai akhirnya muncul perlawanan dari rakyat Bajar.
Perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda terjadi ketika Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah II sebagai Sultan Kesultanan Banjar di tahun 1859.
Padahal, pada saat itu orang yang seharusnya naik tahta menjadi sultan Banjar adalah Pangeran Hidayatullah II.
Namanya telah tertulis dalam surat wasiat penelus takhta kesultanan yang dituliskan oleh Sultan Adam.
Pada 28 April 1859, Pangeran Hidayatullah II bersama Pangeran Antasari memimpin perlawanan terhadap Belanda.
Baca Juga: Latar Belakang dan Jalannya Perang Tondano I