Pelaksanaan Sistem Tanam Paksa pada Masa Belanda

By Nabil Adlani, Jumat, 12 Mei 2023 | 13:00 WIB
Pelaksanaan sistem tanam paksa diterapkan Belanda pada masa pemerintahan Van den Bosch. (unsplash/Rokas Skeivys)

Besaran dari bonus ini bergantung dari besar kecilnya hasil setoran yang diberikan kepada pemerintah Belanda.

Jadi, semakin besar setoran dari petani yang diberikan, maka bonus yang didapat oleh penguasa pribumi dan kepala desa juga semakin besar.

Hal inilah yang kemudian mendorong munculnya penyelewengan dalam sistem tanam paksa, Adjarian.

Demi mengejar bonus yang diberikan oleh pemerintah Belanda, para penguasa pribumi memaksa para petani di wilayahnya untuk menanam sebanyak-banyaknya tanaman.

Sehingga, hasil tanaman yang diberikan kepada pemerintah Belanda akan semakin besar.

Nah, sistem bonus inilah yang kemudian mendorong adanya berbagai penyelewengan dalam pelaksanaan sistem tanam paksa.

Bentuk-bentuk penyelewengan dalam pelaksanaan sistem tanam di antaranya:

1. Lebih dari seperlima tanah pertanian milik petani digunakan untuk menanam tanaman untuk Belanda agar setoran hasil tanamannya lebih bertambah.

2. Waktu pelaksanaan taman paksa melebihi waktu yang ditentukan oleh Belanda, padahal ketentuannya tidak boleh melebihi waktu yang diperlukan untuk menanam tanaman.

Dapat dikatakan bahwa pelaksanaan tanam paksa tidak berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pemicunya adalah karena adanya bonus atau cultuur procenten yang diberikan Belanda untuk para penguasa pribumi dan kepala desa.

Baca Juga: Jawab Soal Alasan Tanam Paksa Menyebabkan Pro dan Kontra bagi Masyarakat Belanda

"Dalam pelaksanaannya, sistem tanam paksa tidak berjalan sesuai dengan ketentuan yang sudah dibuat oleh pemerintah Belanda."

Nah, itulah proses pelaksanaan sistem tanam paksa di Indonesia pada masa pemerintahan Belanda.

Coba Jawab!
Siapa orang yang menggagas adanya sistem tanam paksa?
Petunjuk: Cek halaman 1.

---

Sumber: Buku Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1 Edisi Revisi 2017 karya Sardiman AM dan AMurwani Dwi Lestariningsih.

Tonton video ini juga, yuk!