Latar Belakang Konferensi Meja Bundar
Latar belakang Konferensi Meja Bundar terjadi setelah adanya Agresi Militer II dari Belanda terhadap Indonesia.
Selain itu, Belanda juga melanggar isi Perjanjian Renville yang sudah disepakati bersama sebelumnya.
Belanda juga pernah melancarkan Agresi Militer I yang merupakan bentuk pelanggaran terhadap Perjanjian Linggarjati.
Nah, Agresi Militer II ini mendapatkan kecaman dari dunia internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB.
Terlebih saat itu Belanda juga menangkap beberapa pimpinan Indonesia, yaitu Soekarno, Moh. Hatta, dan beberapa menteri kabinet yang sedang bertugas di Yogyakarta sebagai ibu kota sementara.
Dewan Keamanan PBB pada 28 Januari 1949 memberikan teguran kepada Belanda dan menuntut agar seluruh petinggi Indonesia dikembalikan dan melakukan pemulihan pemerintahannya.
Kemudian digelarlah Perundingan Roem-Royen pada 4 April 1949 antara Indonesia dan Belanda.
Perundingan ini kemudian menghasilkan beberapa kesepakatan, salah satunya adanya pelaksanaan Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda.
Tujuan dari adanya Konferensi Meja Bundar ini adalah untuk mengakhiri perselisihan yang melibatkan Indonesia dengan Belanda seadil dan secepat mungkin.
Indonesia sendiri menginginkan adanya cara penyerahan kedaulatan yang penuh dan tidak bersyarat kepada Negara Indonesia Serikat sesuai pokok Perjanjian Renville.
Pihak-pihak yang terlibat dalam Konferensi Meja Bundar berharap agar konferensi ini bisa dilaksanakan pada 1 Agustus 1949.
Baca Juga: Sejarah Konferensi Inter Indonesia