adjar.id - Seperti apa proses integrasi Nusantara pada masa Islam?
Integrasi suatu bangsa adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Adanya integrasi akan melahirkan suatu kekuatan bangsa yang kuat dan segala persoalan yang muncul bisa dihadapi secara bersama-sama, Adjarian.
Nah, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah wujud konkret dari adanya proses integrasi bangsa.
Proses integrasi bangsa Indonesia ini ternyata sudah berlangsung cukup lama, bahkan proses integrasi ini sudah dilakukan sejak awal tarikh Masehi.
Pada abad ke-16 Masehi proses integrasi Nusantara mulai mengalami kemajuan pesat sejak adanya proses Islamisasi.
Hubungan antara ulama dari berbagai daerah telah mempercepat proses persatuan bangsa-bangsa di kepulauan Indonesia ini.
O iya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat.
Integrasi inilah yang membuat munculnya persatuan dan kesatuan dari keberagaman masyarakat di Indonesia, Adjarian.
Berikut tiga proses integrasi Nusantara pada masa Islam.
"Islamisasi di nusantara dimulai dari adanya Wali Songo yang menyebarkan agama Islam ke berbagai wilayah di Pulau Jawa lalu menyebar ke wilayah lainnya."
Baca Juga: Faktor Penghambat Integrasi Sosial dalam Masyarakat
Proses Integrasi Nusantara pada Masa Islam
Proses integrasi Nusantara pada masa Islam terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Peranan Para Ulama dalam Proses Integrasi
Agama Islam yang masuk dan berkembang di Nusantara mengajarkan kebersamaan dan mengembangkan toleransi dalam kehidupan beragama.
Islam juga mengajarkan persamaan dan tidak mengenal sistem kasta dalam kehidupan masyarakatnya.
Konsep ajaran Islam lebih memunculkan perilaku ke arah persamaan dan persatuan derajat dalam kehidupan, Adjarian.
Di sisi lain, datangnya para pedagang Islam ke Nusantara mendorong berkembangnya tempat-tempat perdagangan di daerah pantai.
Nah, tempat-tempat perdagangan inilah yang kemudian berkembang menjadi kota-kota pantai dan pelabuhan.
Bahkan kota-kota pantai yang menjadi pusat perdagangan dan bandar kemudian berkembang lagi menjadi kerajaan.
Munculnya berbagai kerajaan Islam di Nusantara menjadi awal dari lahirnya proses integrasi.
"Kerajaan-kerajaan Islam yang muncul pada masa Islam di Nusantara menjadi awal terjadinya proses integrasi."
Baca Juga: Jawab Soal Uji Kompetensi Sejarah tentang Proses Masuknya Islam ke Indonesia
2. Peran Perdagangan Antarpulau
Kegiatan perdagangan dan pelayaran antarpulau juga merupakan salah satu penyebab munculnya proses integrasi.
Sejak zaman kuno, kegiatan perdagangan dan pelayaran sudah berlangsung di kepulauan Nusantara.
Perdagangan dan pelayaran ini berlangsung dari daerah yang satu ke daerah yang lain, bahkan antarnegara.
Umumnya, kegiatan perdagangan dan pelayaran ini berlangsung cukup lama, sehingga menimbulkan adanya pergaulan dan hubungan kebudayaan antar para pedagang dengan penduduk setempat.
Kegiatan inilah yang kemudian mendorong terjadinya proses integrasi, Adjarian.
Pulau-pulau penting di Indonesia umumnya mempunyai pusat-pusat perdagangan, misalnya di Sumatra terdapat Aceh, Pasai, Palembang, dan Barus.
Sementara di Jawa pusat perdagangannya berada di Jepara, Banten, Tuban, Blambangan, Gresik, dan Surabaya.
Sejak abad ke-16, di Jawa berkembang Kerajaan Demak dan beberapa bandar sebagai pusat perdagangan.
Kemudian di Indonesia bagian timur ataupun tengah juga berkembang kerajaan dan pusat-pusat perdagangan.
Sehingga, terjadi hubungan perdagangan antardaerah dan antarpulau di Nusantara yang mendorong terjadinya proses integrasi yang terhubung melalui para pedagang.
Baca Juga: 7 Kerajaan Bercorak Islam yang Pernah Ada di Indonesia
Bahkan, proses integrasi ini juga diperkuat dengan perkembangan hubungan kebudayaan antara para pedagang dengan penduduk setempat.
"Para pedagang memiliki peran dalam proses integrasi dengan adanya bandar dan pusat perdagangan di beberapa wilayah di Nusantara."
3. Peran Bahasa
Bahasa juga memiliki peran yang strategis dalam proses integrasi di Nusantara, Adjarian.
Kepulauan di Nusantara terdiri atas beribu-ribu pulau yang dihuni oleh beranekaragam suku bangsa.
Setiap suku bangsa mempunyai bahasanya masing-masing.
Maka dari itu, untuk mempermudah sistem komunikasi antarsuku bangsa, diperlukan satu bahasa yang menjadi bahasa perantara dan dimengerti oleh semua suku bangsa.
Jika tidak ada kesamaan bahasa, persatuan tidak akan terjadi karena di antara suku bangsa dapat memunculkan prasangka dan kecurigaan lain.
Bahasa menjadi sarana pergaulan yang di mana di Nusantara bahasa Melayu digunakan hampir di semua pelabuhan-pelabuhan.
Bahkan, sejak zaman kuno bahasa Melayu sudah menjadi bahasa resmi dari negara Melayu atau Jambi.
Pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa resmi dan bahasa bagi ilmu pengetahuan.
Baca Juga: Jawab Soal Bentuk Akulturasi Kebudayaan Islam dengan Kebudayaan di Nusantara
Para pedagang di daerah timur Nusantara juga menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar, Adjarian.
Dengan begitu, berkembanglah bahasa Melayu ke seluruh kepulauan Nusantara yang awalnya hanya digunakan sebagai bahasa dagang.
Akan tetapi, lama-kelamaan bahasa Melayu tumbuh menjadi bahasa perantara dan menjadi lingua franca di seluruh kepulauan Nusantara.
Nah, masuk dan berkembangnya agama Islam mendorong terjadinya perkembangan bahasa Melayu.
Buku-buku agama dan tafsir Al-Qur'an juga mempergunakan bahasa Melayu.
"Bahasa Melayu menjadi bahasa pemersatu yang digunakan dalam kehidupan antarsuku bangsa di Nusantara."
Nah, itulah tiga proses integrasi Nusantara pada masa Islam yang melibatkan peran para ulama, perdagangan antarpulau, dan bahasa.
Coba Jawab! |
Bagaimana peranan ulama dalam proses integrasi Nusantara? |
Cek halaman 2. |