Bahkan, proses integrasi ini juga diperkuat dengan perkembangan hubungan kebudayaan antara para pedagang dengan penduduk setempat.
"Para pedagang memiliki peran dalam proses integrasi dengan adanya bandar dan pusat perdagangan di beberapa wilayah di Nusantara."
3. Peran Bahasa
Bahasa juga memiliki peran yang strategis dalam proses integrasi di Nusantara, Adjarian.
Kepulauan di Nusantara terdiri atas beribu-ribu pulau yang dihuni oleh beranekaragam suku bangsa.
Setiap suku bangsa mempunyai bahasanya masing-masing.
Maka dari itu, untuk mempermudah sistem komunikasi antarsuku bangsa, diperlukan satu bahasa yang menjadi bahasa perantara dan dimengerti oleh semua suku bangsa.
Jika tidak ada kesamaan bahasa, persatuan tidak akan terjadi karena di antara suku bangsa dapat memunculkan prasangka dan kecurigaan lain.
Bahasa menjadi sarana pergaulan yang di mana di Nusantara bahasa Melayu digunakan hampir di semua pelabuhan-pelabuhan.
Bahkan, sejak zaman kuno bahasa Melayu sudah menjadi bahasa resmi dari negara Melayu atau Jambi.
Pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa resmi dan bahasa bagi ilmu pengetahuan.
Baca Juga: Jawab Soal Bentuk Akulturasi Kebudayaan Islam dengan Kebudayaan di Nusantara
Para pedagang di daerah timur Nusantara juga menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar, Adjarian.
Dengan begitu, berkembanglah bahasa Melayu ke seluruh kepulauan Nusantara yang awalnya hanya digunakan sebagai bahasa dagang.
Akan tetapi, lama-kelamaan bahasa Melayu tumbuh menjadi bahasa perantara dan menjadi lingua franca di seluruh kepulauan Nusantara.
Nah, masuk dan berkembangnya agama Islam mendorong terjadinya perkembangan bahasa Melayu.
Buku-buku agama dan tafsir Al-Qur'an juga mempergunakan bahasa Melayu.
"Bahasa Melayu menjadi bahasa pemersatu yang digunakan dalam kehidupan antarsuku bangsa di Nusantara."
Nah, itulah tiga proses integrasi Nusantara pada masa Islam yang melibatkan peran para ulama, perdagangan antarpulau, dan bahasa.
Coba Jawab! |
Bagaimana peranan ulama dalam proses integrasi Nusantara? |
Cek halaman 2. |