Orang-orang pertama yang aktif dalam dunia pers Indonesia saat itu di antaranya H.C.O Clockener Brosson, E.F. Wigger, dan G. Francis.
O iya, di abad ke-20 ini juga para penerbit Tionghoa mulai bermunculan yang menjadikan pertumbuhan surat kabar berkembang pesat.
Dalam perkembangan kaum bumiputra, mereka juga ikut ambil bagian dalam dunia pers di Indonesia.
Awalnya, mereka magang pada jurnalis Indo dan Tionghoa, kemudian peran mereka meningkat sebagai redaktur dari surat kabar tersebut.
R.M. Tirtoadisuryo, F.D.J. Pangemanan, dan R.M Tumenggung Kusuma Utaya merupakan merupakan orang-orang penerbit bumiputra pertama di Batavia pada pertengahan abad ke-20.
Di Surakarta, R. Dirdjoatmojo menyunting Djawi Kanda yang diterbitkan oleh Albert Rusche & Co.
Sementara di Yogyakarta Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai redaktur jurnal berbahasa Jawa, Retnodhoemillah diterbitkan oleh Firma H. Buning.
Bermunculannya media cetak itu segera diikuti dengan munculnya sejumlah jurnalis bumiputra lainnya.
Para penulis bumiputra itulah yang memberikan wawasan dan embrio kebangsaan melalui artikel, komentar, dan mengungkapkan solidaritas kebangsaan di antara mereka dan para pembaca.
Para pembaca dari tulisan-tulisan para penulis bumiputra ini kebanyakan adalah kaum muda terpelajar.
Sementara itu, pergerakan kebudayaan cetak mulai masuk di beberapa kota kolonial, seperti Surabaya, Semarang, dan Padang.
Baca Juga: Materi TWK CPNS Fungsi, Peranan, dan Kewajiban Pers di Indonesia