Bangunan gereja tua tersebut memiliki nama "de oude Hollandsche Kerk".
Bangunan gereja "de oude Hollandsche Kerk" digunakan sebagai tempat ibadah oleh tentara dan penduduk Belanda yang saat itu ada di Indonesia.
Kemudian pada tahun 1732, bangunan gereja tersebut direnovasi dan diubah namanya menjadi "de nieuwe Hollandsche Kerk".
Bangunan ini masih terus digunakan sebagai tempat ibadah hingga tahun 1808.
Pada tahun 1808, terjadi gempa bumi besar yang menyebabka bangunan gereja tua tersebut mengalami kerusakan.
Kemudian, di tempat yang sama dibangunlah sebuah gedung yang difungsikan sebagai gudang milik Geo Wehry & Co.
Pada tahun 1912, bangunan mengalami sedikit renovasi dengan perubahan gaya bangunan, yaitu Noe Reinaissance.
sejarah museumBaca Juga: 11 Museum yang Gratis Dikunjungi saat Perayaan Hari Ulang Tahun Jakarta
Namun, pada tahun 1938, terjadi pemugaran bangunan karena ingin menyesuaikan dengan gaya rumah Belanda pada zaman Kolonial.
Pada tanggal 14 Agustus 1936, gedung beserta tanahnya dibeli oleh lembaga independen, yaitu Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG).
Setelah dibeli oleh BG, bangunan tersebut dijadikan monumen untuk memajukan penelitian dalam bidang seni serta ilmu pengetahuan.
Berlanjut pada tahun 1937, lembaga BG menyerahkan gedung tersebut kepada Stichting oud Batavia untuk dijadikan Museum Batavia Lama dengan nama "de oude Bataviasche Museum".