Memahami Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Pewayangan Mahabharata

By Jestica Anna, Jumat, 18 Maret 2022 | 14:00 WIB
Mahabharata menceritakan konflik Pandawa dan Kurawa. (Piqsels)

adjar.id – Apakah Adjarian menyukai cerita pewayangan Mahabharata? Apa sajakah unsur-unsur intrinsik dari cerita tersebut?

Kisah Mahabharata merupakan salah satu kisah pewayangan yang sangat populer di Indonesia, khususnya di tanah Jawa dan Bali, bahkan hingga dibahas dalam mata pelajaran muatan lokal, lo.

Mulanya, Mahabharata ditulis oleh Bhagawan Byasa atau Wyasa yang berasal dari India dalam bahasa Sansekerta.

Apakah Adjarian tahu, isi dari kisah tersebut?

Yap! Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah kondlik antara Pandawa Lima dengan saudara sepupu mereka, yaitu seratus orang Kurawa, mengenai sengketa hak pemerintahan kerajaan Kuru dengan pusat pemerintahan di Negeri Hastinapura.

Puncak dari konflik tersebut adalah perang Bharatayudha yang berlangsung selama 18 hari.

Nah, dari tadi kita sudah banyak membicarakan tentang kisah Mahabharata, sekarang coba kita telaah unsur intrinsiknya, yuk!

Mari kita bahas bersama!

“Mahabharata merupakan kisah konflik antara Pandawa Lima dengan Kurawa mengenai hak pemerintahan di kerajaan Kuru, Hastinapura.”

Baca Juga: Mengenal dan Meneladani Karakter Tokoh Pewayangan Jawa Pandawa Lima

Unsur Intrinsik Kisah Mahabharata

Adjarian, unsur intrinsik sebuah cerita terdiri dari tema, latar, pesan atau amanat, plot atau alur cerita, dan pernokohan.

1. Tema

Tema dari kisah Mahabharata adalah kepahlawanan.

Cerita Mahabharata menceritakan konflik Pandawa Lima dengan saudara sepupunya, yaitu Kurawa, mengenai sengketa hak pemerintahan Negeri Hastinapura. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di Kurusetra selama 18 hari.

Cerita ini memberi gambaran tentang pertentangan antara yang benar dan tidak benar, yang akhirnya, tentu saja dimenangkan oleh yang benar.

2. Latar

Baca Juga: Mengenal Sifat Karakter dan Ciri-Ciri Tokoh Pewayangan Punakawan

3. Pesan atau Amanat

Kisah cerita Mahabharata mengajarkan kepada manusia supaya tidak serakah dengan kekuasaan dan jabatan, harus senantiasa mengutamakan kebenaran, serta harus menjadi pribadi yang berprinsip sehingga tidak mudah terhasut.

“Tema dari kisah Mahabharata adalah kepahlawanan.”

4. Plot atau Alur Cerita

Pandawa dan Duryudana Bersama-sama berguru kepada Drona dalam hal olah senjata, akan tetapi, Pandawa tampak lebih unggul dan cakap dalam memainkan senjata masing-masing dibandingkan dengan Kurawa. Mereka selalu dipuja-puja oleh seluruh rakyat sampai ke pelosok negeri.

Karena hal inilah Raja Destarastra mengumumkan Yudhistira sebagai putra mahkota kerajaan Hastinapura. Duryudhana dan adik-adiknya pun merasa tidak terima.

O iya, sebetulnya Pandawa ini masih memiliki satu kakak laki-laki yang dibuang ke sungai bernama Karna, yang kemudian diangkat menjadi raja kerajaan Angga oleh Duryudhana.

Peristiwa-peristiwa itulah yang menyebabkan terjadinya konflik dalam hubungan persaudaraan Pandawa dan Duryudana serta Karna, yang merasa senasib dengan Duryudana, akhirnya bersekutu untuk memusnahkan Pandawa.

“Adanya rasa iri dari pihak Kurawa terhadap keberhasilan Pandawa merupakan awal mula konflik pada kisah Mahabharata.”

Baca Juga: Mengenal Negara-Negara atau Kerajaan dalam Dunia Pewayangan Jawa

5. Pernokohan

Terdapat beberapa tokoh yang prominen dalam kisah tersebut, di antaranya adalah sebagai berikut.

Pandhawa digambarkan sebagai tokoh protagonis yang berjiwa ksatria, jujur, sabar, tenang, dan mengutamakan kebenaran.

Sementara Kurawa berperan sebagai tokoh antagonis yang licik, memiliki rasa iri kepada para Pandawa, dan licik. Sama halnya dengan Sengkuni yang licik dan juga suka menghasut.

Nah, kalau Sri Krishna merupakan tokoh yang bijak, tenang, serta suka membantu.

Baca Juga: Mengenal Aksara Murda: Pengertian, Aturan, dan Contoh Penggunaannya

Nah Adjarian, itulah unsur intrinsik kisah Mahabharata, yang wajib kita ketahui, ya. Sekarang, coba kerjakan soal di bawah ini, yuk!

Pertanyaan
Siapa saja tokoh yang terlibat dalam cerita Mahabharata?
Petunjuk: Cek halaman 3.