adjar.id - Dalam kesusastraan Jawa, ada sebelas tembang macapat, Adjarian.
Apa pengertian tembang macapat?
Tembang macapat yaiku tembang utawa geguritan sik dilagukke.
Sederhananya, tembang macapat adalah tembang atau puisi tradisional yang dilagukan, Adjarian.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tembang sendiri adalah syair yang diberi lagu (untuk dinyanyikan). Tembang juga bisa disebut dengan nyanyian.
Lalu, macapat adalah bentuk puisi Jawa tradisional, setiap baitnya mempunyai baris kalimat (gatra) tertentu, setiap gatra mempunyai jumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sajak akhir (guru lagu; guru suara tertentu), misalnya Dandanggula, Kinanti, Maskumambang.
Nah, sebelas tembang macapat meliputi Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmarandana, Gambuh, Dhandhangula, Durma, Pangkur, Megatruh, dan Pucung.
Setiap jenis tembang macapat memiliki makna dan aturan tersendiri yang mengikat, Adjarian, seperti guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu.
Yuk, kita pelajari lebih lanjut seputar sebelas tembang macapat tersebut beserta masing-masing makna dan contohnya!
Baca Juga: 40 Contoh Tembang Macapat Pangkur dengan Berbagai Tema
Aturan (Paugeran) dalam Tembang Macapat
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ada beberapa aturan atau paugeran yang mengikat di dalam setiap jenis tembang macapat.
Aturan-aturan tersebut meliputi:
1. Guru Gatra
Guru gatra adalah banyaknya jumlah baris atau larik dalam satu bait.
2. Guru Wilangan
Guru wilangan adalah banyaknya jumlah suku kata dalam setiap baris.
3. Guru Lagu
Guru lagu adalah persamaan bunyi pada akhir kata di setiap baris.
Baca Juga: Tembang Macapat Dhandhanggula: Makna, Watak, dan Aturan atau Paugeran
Jenis-Jenis Tembang Macapat dan Maknanya
1. Maskumambang
Jenis tembang macapat yang pertama adalah Maskumambang.
Kata maskumambang berasal dari dua kata, yaitu mas yang berarti 'emas' dan kumambang yang berarti 'mengambang'.
Nah, makna tembang macapat Maskumambang menggambarkan awal perjalanan hidup manusia yang saat masih janin.
Maskumambang berarti anak merupakan hal berharga untuk orang tua (seperti emas), yang mana masih bergantung di rahim ibu atau kumambang.
Tembang Maskumambang biasanya bernuansa welas asih, kesedihan, atau kesusahan.
Susunan tembang Maskumambang adalah I-12-i; II-6-a, III-8-i, dan IV-8-a.
Artinya adalah baris pertama terdiri dari 12 suku kata dan bersajak i, dan seterusnya.
Baca Juga: Tembang Maskumambang: Pengertian, Watak, dan Aturan atau Paugeran
2. Mijil
Tembang macapat kedua adalah Mijil. Istilah mijil berasal dari kata wijil yang berarti 'keluar'.
Tembang Mijil melambangkan lahirnya janin dari rahim ibu, Adjarian.
Tembang satu ini mengandung welas asih, pengharapan, prihatin, serta cinta.
O iya, tembang Mijil tidak jarang juga dijadikan sebagai media untuk memberikan nasihat dan pengajaran luhur bagi manusia.
Nah, susunan tembang Mijil adalah I-10-i, II-6-a, III-10-e, IV-10-i, V-6-i, dan VI-6-u.
3. Sinom
Tembang macapat ketiga adalah Sinom yang berarti enom atau 'muda'.
Tembang ini menggambarkan masa muda.
Baca Juga: Tembang Macapat Sinom: Pengertian, Watak, serta Aturan atau Pangeuran
Tembang macapat Sinom umumnya berisikan seputar keindahan masa muda dan nasihat pentingnya mengisi masa muda dengan baik.
Susunan tembang Sinom adalah I-8-a, II-8-i, III-8-a, IV-8-i, V-7-i, VI-8-u, VII-7-a, VIII-8-i, dan IX-12-a.
4. Kinanti
Kinanti atau Kinanthi adalah tembang macapat yang keempat, Adjarian.
Kinanti berarti 'tuntun' atau 'bimbingan'.
Nah, tembang Kinanti berisikan tentang kehidupan seorang anak yang membutuhkan tuntunan atau bimbingan dalam menjalani kehidupan.
Susunan tembang Kinanti biasanya adalah I-8-u, II-8-i, III8-a, IV-8-i, V-8-a, dan VI-8-i.
5. Asmarandana
Tembang macapat kelima adalah Asmarandana.
Baca Juga: Tembang Macapat Kinanthi: Pengertian, Watak, dan Aturan atau Paugeran
Asmarandana terdiri dari dua kata, yakni asmara yang berarti 'cinta' dan dahana yang berarti 'api'.
Tembang macapat ini menggambarkan tentang perjalanan hidup manusia yang mulai mengenal cinta.
Nah, susunan tembang Asmarandana adalah I-8-i, II-8-a, III-8-e, IV-8-a, V-8-a, VI-8-u, dan VII-8-a.
6. Gambuh
Tembang macapat yang keenam adalah Gambuh, Adjarian.
Gambuh berarti 'cocok' atau 'berjodoh'
Nah, setelah menemukan cinta, manusia akan melangkah ke jenjang kehidupan selanjutnya, yakni berjodoh (pernikahan).
Tembang Gambuh menggambarkan tentang keselarasan dan kebijaksanaan.
Susunan tembang macapat Gambuh adalah I-7-u, II-10-u, II-12-i, III-8-u, dan IV-8-o.
Baca Juga: Tembang Gambuh: Pengertian, Watak, Karakter, dan Aturan atau Paugeran
7. Dhandhanggula
Tembang macapat ketujuh adalah Dhandhanggula.
Dhandhanggula terdiri dari dua kata, yaitu "dhandhang" yang berarti 'harapan' dan "gula" yang berarti manis.
Secara keseluruhan Dhandhanggula berarti sesuatu yang indah yang merupakan buah dari pernikahan.
Susunan tembang Dhandhanggula adalah I-10-i, II-10-a, III-8-e, IV-7-u, V-9-i, VI-8-a, VII-6-u, VIII-8-a, IX12-i, dan X-7-a.
8. Durma
Tembang macapat kedelapan adalah Durma.
Durma berasal dari kalimat, "munduring tata krama" atau 'berkurangnya tata krama', Adjarian.
Tembang ini menggambarkan keburukan sifat manusia, seperti amarah, keangkuhan, kesombongan, dan sebagainya.
Baca Juga: Tembang Macapat Dhandhanggula: Makna, Watak, dan Aturan atau Paugeran
Susunan tembang Durma adalah I-12-a, II-7-i, III-6-a, IV-7-a, V-8-i, VI-5-a, dan VII-7-i.
9. Pangkur
Tembang macapat kesembilan adalah Pangkur.
Pangkur berasal dari kata mungkur, yang berarti 'undur diri'.
Tembang Pangkur menggambarkan kondisi dari manusia yang makin menua dan semakin mengalami kemunduran, khususnya dalam hal fisik.
Susunan tembang Pangkur adalah I-8-a, II-11-i, III-8-u, IV-7-a, V-12-u, VI-8-a, dan VII-8-i.
10. Megatruh
Tembang macapat kesepuluh adalah Megatruh.
Megatruh berasal dari dua kata, yakni megat yang berarti 'pisah' dan ruh yang berarti 'nyawa'.
Baca Juga: Tembang Macapat Pangkur: Makna, Watak, dan Aturan atau Paugeran
Tembang ini menggambarkan kondisi manusia saat meninggal dua.
Megatruh berisikan nasihat supaya manusia mempersiapkan diri dengan mengumpulkan bekal untuk kehidupan di alam baka.
Susunan tembang Megatruh adalah I-12-u, II-8-i, III-8-u, IV-8-i, dan V-8-o.
11. Pucung
Tembang macapat kesebelas atau yang terakhir adalah Pucung.
Tembang ini menggambarkan tentang akhir kehidupan manusia, yaitu saat telah meninggal dan berada di alam kubur.
Tembang Pucung biasanya berisikan hal-hal lucu seperti tebak-tebakan yang bisa menghibur hati.
Namun, makna tembang ini sebenarnya sangat dalam dan juga bijak, yaitu untuk menyelaraskan kehidupan manusia antara alam, lingkungan, serta Tuhan, Adajrian.
Susunan tembang Pucung adalah I-12-u, II-6-a, III-8-i, dan IV-12-a.
Baca Juga: Apa yang Dimaksud dengan Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Wilangan?
Nah, sebelas tembang macapat bahasa Jawa beserta masing-masing maknanya, Adjarian.