adjar.id - Apakah Adjarian sedang mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kampus?
Setelah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), kita akan memulai tahap baru.
Bagi yang berencana masuk perguruan tinggi untuk melanjutkan studi, harus bersiap menjadi seorang mahasiswa.
Yap, saat di sekolah dari tingkat dasar sampai menengah kita disebut siswa.
Nah, tatkala belajar di perguruan tinggi atau kuliah, kita akan disebut mahasiswa.
O iya, perubahannya bukan sekadar dari segi sebutan saja, lo.
Sistem belajar di sekolah dan di kampus juga berbeda, Adjarian.
Nah, seperti apa, ya, bedanya belajar di sekolah dan di kampus?
Yuk, kita cari tahu!
Baca Juga: Apa yang Dipelajari di Jurusan Sastra Indonesia?
Lebih Mandiri
Saat belajar di sekolah, biasanya sehari-hari kita akan mendengarkan guru yang memberi penjelasan di depan kelas.
Hayo, siapa yang biasanya hanya mengandalkan guru saja, nih?
Misalnya, hanya mencatat dan mempelajari yang dikatakan oleh guru.
Lalu, hanya belajar saat akan ada ulangan dan yang dipelajari pun sebatas yang disampaikan oleh guru.
Kalau Adjarian termasuk siswa yang biasa mengandalkan guru saja dan pasif alias tidak mau mengeksplorasi materi pelajaran, harus siap-siap berubah, ya.
Sebab, belajar di kampus tidak demikian, Adjarian.
Saat diwawancara oleh tim Adjar.ID, Kepala Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Surakarta (FIB UNS), Dr. Dwi Susanto, S.S., M.Hum., mengungkapkan kalau belajar di kampus itu berbeda dengan di sekolah.
"Di kampus itu belajarnya mandiri. Dosen itu hanya 10%. Nah, 90%-nya Anda yang cari sendiri. Anda yang mengembangkan kemampuan," terang Dr. Dwi Susanto.
Baca Juga: 15 Daftar Prodi Soshum Terketat pada SNMPTN 2021
Dosen sebagai Fasilitator
Di bangku kuliah dosen lebih berperan sebagai fasilitator, Adjarian.
Sementara itu, kampus menyediakan ruang bagi kita untuk belajar banyak hal.
Menurut Dr. Dwi Susanto, seorang mahasiswa tidak cukup hanya mengandalkan penjelasan dosen kemudian dicatat.
Tiap mahasiswa harus menggali potensi masing-masing dan belajar secara mandiri.
"Jadi menggali potensi masing-masing. Belajarnya mandiri. Kalau hanya mengandalkan dosennya ngomong lalu dicatat, iya dapat nilai bagus, tapi nanti tidak bisa apa-apa," kata Dr. Dwi Susanto.
Kemampuan akademik memang penting, Adjarian. Namun, mendapatkan nilai yang bagus bukanlah tujuan akhir dari belajar di pendidikan tinggi.
Penting pula untuk mengembangkan berbagai kemampuan seperti kemampuan interpersonal atau soft skill, kecerdasan emosional, spiritual, dan sebagainya.
Nah, kita bisa mengembangkan diri dengan mengeksplorasi passion.
Baca Juga: 15 Prodi Saintek Terketat pada SNMPTN 2021, Sudah Tahu?
Mulai dari Passion
Selain belajar akademik, masa-masa di kampus juga merupakan masa untuk mengumpulkan banyak bekal.
Kita bisa memulainya dari passion atau apa yang kita sukai. Kesukaan orang tentu berbeda-beda dan memang tidak harus sama satu sama lain.
"Explore sesuai dengan minat bakat atau passion-nya," tutur Dr. Dwi Susanto.
Nah, dari passion tersebut, kita bisa mulai mengikuti organisasi, seminar, festival, kompetisi, dan sebagainya.
Namun begitu, Dr. Dwi Susanto menyarankan agar kita tidak hanya menjadi konsumen, tapi menjadi "kreatifnya".
"Jangan hanya ikut-ikut sebagai konsumen, tapi ikut sebagai kreatifnya," kata Dr. Dwi Susanto.
Dari berbagai kegiatan tersebut, kita bisa menyerap banyak pelajaran dan mengembangkan kemampuan yang tidak secara langsung bisa kita dapatkan di kelas.
Misalnya, bagaimana cara menghargai orang lain dan cara bergaul.
Baca Juga: 3 Peminatan yang Ada di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Apa Saja?
Di samping itu, kita juga akan lebih mengembangkan kemampuan, misalnya kemampuan beradaptasi di lingkungan sosial dengan berbagai keragaman, membangun jaringan, dan sebagainya.
Nah, itulah gambaran tentang belajar di kampus, Adjarian.
Sudah siap masuk dunia kampus menjadi seorang mahasiswa?