Jangan Takut Vaksin Jika Sudah Saatnya, Ini Komponen Penyusun Vaksin

By Aldita Prafitasari, Sabtu, 3 Juli 2021 | 07:30 WIB
Kandungan di dalam vaksin tidak berbahaya. (freepik)

adjar.id - Masa pandemi COVID-19 yang belum selesai di Indonesia menyebabkan program vaksinasi terhadap COVID-19 terus dilaksanakan oleh pemerintah.

Vaksinasi sendiri merupakan cara yang sederhana, aman, dan efektif untuk melindungi seseorang dari penyakit berbahaya, sebelum terpapar langsung.

Vaksin bekerja dengan melatih dan mempersiapkan sistem kekebalan tubuh alami untuk mengenali dan melawan virus dan bakteri yang mereka targetkan.

Baca Juga: 7 Hal Sederhana Ini Bisa Bantu Menjaga Daya Tahan dan Imunitas Tubuh

Saat tubuh terpapar kuman atau virus penyebab penyakit tersebut, maka tubuh sudah siap membasmi dan mencegah timbulnya penyakit.

Dilansir dari situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), semua bahan vaksin memiliki peran penting dalam memastikan suatu vaksin aman dan efektif.

Yuk, kita bahas bersama beberapa komponen yang membentuk vaksin!

Antigen

Vaksin mengandung antigen yang memicu respons imun pelindung terhadap vaksin (freepik)

Antigen adalah komponen yang berasal dari struktur organisme penyebab penyakit (virus atau bakteri yang terbunuh atau dilemahkan).

Antigen dikenali sebagai 'benda asing' oleh sistem imun dan memicu respons imun pelindung terhadap vaksin.

Antigen juga dapat melatih tubuh kita untuk mengenali dan melawan penyakit jika terpapar di masa mendatang. 

Baca Juga: 6 Aktivitas Menarik di Rumah yang Dapat Dilakukan Selama Pandemi

Nah, Antigen vaksin dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:

- Vaksin hidup yang dilemahkan atau live attenuated vaccine (LAV).

- Vaksin sel utuh yang dilemahkan. 

- Vaksin subunit.

- Vaksin toksoid.

Formulasinya juga mempengaruhi cara penggunaan, penyimpanan, dan pengaturannya, ya, Adjarian.

Adjuvant

Adjuvant diambil dari bahasa Latin, adjuvare, yang memiliki arti membantu.

Adjuvant menggunakan bahan yang dapat meningkatkan respon imun, lo.

Selain itu, adjuvant dapat ditambahkan ke vaksin guna merangsang produksi antibodi melawan virus agar lebih efektif.

Penggunaan vaksin adjuvant sudah dilakukan selama beberapa dekade, lo.

Penggunaanya juga dapat meningkatkan respon imun terhadap antigen vaksin, umumnya digunakan pada vaksin yang dinonaktifkan (dimatikan).

Pada vaksin konvensional, penambahan adjuvant ke dalam formulasi vaksin ditujukan untuk meningkatkan, mempercepat, dan memperpanjang respon imun spesifik terhadap antigen vaksin.

Baca Juga: Tips dan Trik Olahraga Di Rumah Aja yang Bisa Buat Badan Kita Sehat

Subunit murni yang baru dikembangkan atau vaksin sintetik yang menggunakan biosintetik, rekombinan, dan teknologi modern lainnya adalah antigen vaksin yang buruk.

Oleh karena itu, membutuhkan adjuvant untuk memicu respons imun yang diinginkan.

Saat ini, ada ratusan jenis adjuvant yang digunakan atau dipelajari dalam teknologi vaksin, lo.

Beberapa molekul yang telah dipertimbangkan untuk digunakan sebagai Adjuvant, yaitu mineral, emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air, serta racun alami dan sintetis yang berasal dari bakteri. 

Stabilisator

Stabilisator merupakan komponen vaksin yang digunakan untuk membantu vaksin menjaga keefektifannya selama penyimpanan.

Stabilitas vaksin sangat penting, terutama jika rantai dingin (cold chain) sedang tidak berjalan baik.

Cold chain merupakan proses untuk mempertahankan suhu vaksin dalam kondisi idealnya sehingga kualitasnya tetap terjaga dari awal sampai pelaksanaan vaksinasi.

Baca Juga: Tips dan Trik Olahraga Di Rumah Aja yang Bisa Buat Badan Kita Sehat

Ketidakstabilan dapat menyebabkan hilangnya antigenisitas dan penurunan infektivitas LAV.

Faktor yang mempengaruhi stabilitas adalah suhu dan keasaman vaksin (pH).

Vaksin bakteri dapat menjadi tidak stabil karena hidrolisis dan agregasi molekul protein dan karbohidrat.

Agen stabilisator yang digunakan dalam vaksin, meliputi MgCl2 (untuk vaksin polio oral), MgSO4 (untuk campak), laktosa-sorbitol, dan sorbitol-gelatin.

Antibiotik

Vaksin mengandung antibiotik untuk mencegah kontaminasi bakteri pada sel kultur jaringan tempat virus tumbuh (freepik)

Antibiotik dengan jumlah yang kecil telah digunakan selama fase produksi guna mencegah kontaminasi bakteri pada sel kultur jaringan tempat virus tumbuh. 

Baca Juga: Bukan Ikan Meski Hidup di Air, Mengapa Paus Termasuk Jenis Mamalia?

Nah, penggunaan antibiotik umumnya hanya sedikit yang digunakan dalam vaksin.

Contohnya, vaksin MMR (campak, rubella, gondongan) dan IPV (polio), masing-masing mengandung kurang dari 25 mikrogram atau kurang dari 0,000025 g neomisin per dosis. 

O iya, untuk kita yang mengidap alergi terhadap neomisin harus diobservasi dulu dengan seksama setelah vaksinasi.

Mengapa? agar setiap reaksi alerginya dapat segera diobati, ya.

Pengawet

Pengawet merupakan bahan yang ditambahkan ke vaksin multidosis untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur.

Bahan ini juga memastikan agar vaksin tetap efektif.

Beberapa zat yang umum digunakan sebagai pengawet, contohnya turunan thimerosal, formaldehid, atau fenol.

Bahan-bahan ini menyusun vaksin dalam jumlah yang sangat rendah sehingga tidak akan membahayakan manusia.

Baca Juga: Manfaat Tanaman Sansevieria, Mengatasi Trauma Hingga Kesehatan Rambut

Vaksin tentu telah melewati serangkaian proses pengujian untuk mengevaluasi keamanan dan potensinya dalam mencegah penyakit.

Pengujian ini dilakukan secara bertahap, mulai dari pengujian pada hewan hingga uji klinis pada manusia, yang terdiri dari tiga fase.

Ilmuwan dari seluruh dunia dan para ahli WHO pun melakukan pemantauan terus-menerus untuk memastikan bahwa vaksin tetap aman.

Jadi, jangan pernah takut untuk divaksin, ya, Adjarian!