Mengenal Sejarah Sumpah Pemuda dan Tokoh-Tokoh Penting di Baliknya

By Aisha Amira, Jumat, 11 Juni 2021 | 14:00 WIB
Sumpah Pemuda dicetuskan pada 28 Oktober 1928. (pxhere)

adjar.id – Apa yang Adjarian ketahui tentang Hari Sumpah Pemuda?

Yap, Hari Sumpah Pemuda selalu diperingati setiap tanggal 28 Oktober.

Hari Sumpah Pemuda dicetuskan pada 28 Oktober 1928. 

Hari Sumpah Pemuda adalah hari lahirnya para pemuda-pemuda hebat Indonesia yang memiliki cita-cita dan visi misi yang sama dalam membangun dan menjaga bangsa Indonesia.

Baca Juga: Kenapa 1 Juni Diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila? Ini Sejarahnya

Pemicu lahirnya Sumpah Pemuda dikarenakan adanya pembahasan selama Kongres Indonesia Muda kedua atau dikenal dengan Kongres Pemuda II.

Di balik Hari Sumpah Pemuda ada tokoh-tokoh yang berperan penting, lo.

Siapa sajakah mereka?

Yuk, simak sejarah Hari Sumpah Pemuda di bawah ini!

Organisasi Para Pemuda

Lahirnya Hari Sumpah Pemuda menjadi salah satu titik balik perjalanan bangsa Indonesia dalam menuju Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

Sebab, pada masa itu Indonesia masih terpecah belah.

Para pemuda belum mengerti dan kurang memahami siapa yang menjadi musuh mereka dan berusaha bersatu untuk menjaga, membangun, dan melawan musuh mereka.

Persatuan itu kemudian dikenal dengan Sumpah Pemuda.

Baca Juga: Hari Lahir Pancasila dan Para Tokoh di Balik Kelahiran Pancasila

Sebelum lahirnya Sumpah Pemuda, di masa itu sudah mulai bermunculan organisasi pemuda seperti Perhimpunan Indonesia pada 1908, lalu disusul dengan Tri Koro Darmo pada 1915.

Sebelum 28 Oktober 1928, para pemuda masih terpecah dalam beberapa organisasi kedaerahan yaitu Jong Java, Jong Sumatra, dan lain-lain.

Pada 1921, dalam rangka memperingati lima tahun Jong Sumatranen, Mohamad Yamin menerbitkan sebuah buku sajak yang berjudul Tanahair.

Namun, pada masa itu yang dimaksud dengan Tanah Air oleh Mohamad Yamin adalah Andalas, Sumatera Barat.

Hampir memakan waktu sampai enam tahun untuk tumbuh berbagai kesadaran baru di kalangan pemuda. Mereka mulai menyadari bahwa musuh yang mereka hadapi adalah Belanda.

Kesadaran itulah yang mengiring mereka untuk menggalang persatuan dalam sebuah kesadaran baru.

Kemudian pada 1926, dilaksanakanlah Kongres Indonesia Muda yang pertama atau Kongres Pemuda I. 

Lahirnya Hari Sumpah Pemuda

Pada 1928, Mohamad Yamin menerbitkan buku yang berisikan kumpulan sajak dengan judul Indonesia, Tumpah Darahku.

Baca Juga: Bagaimana Sejarah Ditetapkannya 1 Juni Sebagai Hari Lahir Pancasila?

Dalam buku ini, terlihat para pemuda sudah menunjukkan kesadaran mereka akan bangsa Indonesia.

Pada Kongres Indonesia Muda kedua atau Kongres Pemuda II yang diselenggarakan pada 1928, bahasa Melayu sudah menjadi bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari secara luas.

Namun sayangnya, saat itu kedudukan bahasa Melayu masih belum terlalu kuat.

Pada masa itu, sebagian ahli bahasa Belanda menganjurkan untuk agar bahasa Belanda menjadi bahasa resmi yang dipakai di seluruh Indonesia atau dipakai oleh seluruh penduduk Bumiputera.

Namun, ada beberapa perdebatan dengan ahli belanda yang menganggap bahasa Belanda terlalu tinggi dan tidak pantas untuk dipakai oleh kaum Indonesia.

Dengan adanya perbedaan pemahaman dalam penggunaan bahasa Belanda, pemerintah Belanda akhirnya tidak menjadikan bahasa Belanda sebagai bahasa resmi yang harus dipakai di Indonesia.

Padahal, sebelumnya pada masa penjajahan Perancis dan Inggris kedua negara tersebut mewajibkan bahasanya diterapkan di daerah jajahannya.

Kebijakan Belanda membuat bahasa Melayu berkesempatan menjadi Bahasa Indonesia.

Baca Juga: Hari Lahir Pancasila Diperingati Setiap Kapan?

Detik-Detik Sumpah Pemuda

Kongres Pemuda II diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928.

Kongres Pemuda Kedua terbagi dalam tiga rapat yang diselenggarakan di tiga tempat yang berbeda.

Rapat pertama diselenggarakan pada tanggal 27 Oktober 1928 pukul 19.30-22.30 WIB di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (Gedung Pemuda Katolik) di Warerloopein atau di belakang Gereja Katedral Jakarta.

Rapat pertama membahas mengenai ras, ideolgi, dan agama. Rapat ini diisi dengan pidato Moh Yamin mengenai “Persatuan dan Kebangsaann Indonesia.”

Rapat kedua dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928 pukul 08.00-12.00 WIB di Gedung Oost Java Bioscoop yang terletak di Koningsplein Noord atau Jalan Medan Merdeka Utara.

Rapat ini membahas pentingnya pendidikan dalam mewujudkan kebangsaan.

Beberapa tokoh pembicara dalam sidang kedua ini ialah Nona Poernomo Woelan yang membahas “Pendidikan Wanita".

Ada pula Sarmidi Mangoensarkoro, Sarwono, dan Ki Hajar Dewantoro yang membahas pentingnya “Pendidikan Nasional”.

Rapat kemudian ditutup dengan Siti Soendari yang mengajukan pandangan perempuan yang tertindas dalam masyarakat.

Rapat ketiga memiliki lima agenda, yaitu arak-arakan pandu, penyampaian hal terkait kepanduan oleh Ramelan, penyampaian Pergerakan Pemuda Indonesia dan Pemuda di Tanah Luaran oleh Soenario, mengambil keputusan, dan menutup kongres.

Baca Juga: Apakah Hari Lahir Pancasila Ditetapkan sebagai Hari Libur Nasional?

Moh Yamin dan Soegondo Djojopoepito

Pada saat Kongres Pemuda II diselenggarakan di situlah sebuah momentum yang dikenang hingga saat ini.

Tokoh dibalik peristiwa bersejarah itu adalah Mohamad Yamin atau dikenal dengan Moh Yamin.

Saat kongres berlangsung, Moh Yamin menuliskan gagasan “Sumpah Pemuda” dalam sebuah kertas.

Kertas itu kemudian diserahkan kepada Soegondo Djojopoespito yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Kongres.

Hasil Kongres dan Sumpah Pemuda

Menjelang pukul sepuluh malam, Minggu 28 Oktober 1928, seluruh kongres berkumpul untuk merumuskan hasil kongres.

Dalam rapat itu, Moh Yamin meminta rumusan resolusi dan meminta waktu untuk membacakan dan menerangkannya.

Keputusan Kongres Pemuda kedua pada tanggal 28 Oktober 1928 dibacakan oleh Ketua Soegondo Djojopoespito untuk diminta persetujuan dari hadirin sebagai putusan kongres.

Baca Juga: Keberagaman Kegemaran di Rumah, Amalan Sila Keberapa dan Apa Manfaatnya?

Berikut adalah isi teks keputusan Kongres Pemuda II, yaitu:

Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.

Ketiga: kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Selesai putusan ini dibacakan, ada iringan alunan lagu Indonesia Raya tanpa syair dari gesekan biola komponis Wage Rudolf Soepratman.

Nah, itu dia sejarah di balik Hari Sumpah Pemuda.