Sifat teoretis menunjukkan bahwa sosiologi berusaha untuk merumuskan teori-teori yang dapat menjelaskan hubungan antar-fenomena sosial.
Dalam sosiologi, data empiris yang telah dikumpulkan diolah menjadi teori-teori yang lebih umum untuk menjelaskan pola-pola sosial yang terjadi.
Tujuan utama dari sifat teoretis ini adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai bagaimana masyarakat berfungsi dan mengapa suatu fenomena sosial terjadi.
Teori-teori dalam sosiologi, seperti teori konflik, teori fungsionalisme atau teori interaksionisme simbolik, adalah contoh dari upaya sosiolog untuk menyusun penjelasan yang sistematis dan menyeluruh tentang fenomena sosial tertentu.
Teori-teori ini tidak hanya menjelaskan fenomena yang ada tetapi juga memprediksi kemungkinan perubahan di masa depan.
3. Kumulatif
Sifat kumulatif dalam sosiologi berarti bahwa pengetahuan dan teori-teori yang ada terus berkembang berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya.
Ilmu sosiologi bersifat dinamis, di mana hasil penelitian atau teori baru akan memperbarui atau memperkuat teori yang sudah ada.
Ini berarti bahwa sosiologi selalu menggunakan temuan-temuan masa lalu sebagai dasar untuk memahami dan mengembangkan pengetahuan baru.
Sebagai contoh, teori-teori tentang modernisasi dalam sosiologi telah berkembang seiring dengan perubahan masyarakat global.
Teori-teori awal mungkin difokuskan pada industrialisasi dan urbanisasi, sementara penelitian-penelitian terkini menambahkan wawasan baru tentang dampak digitalisasi dan globalisasi.
Baca Juga: 15 Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli, Materi IPS Kelas X Kurikulum Merdeka
Source | : | kemdikbud.go.id |
Penulis | : | Rizky Amalia |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR