Misalnya, jika suatu komunitas memiliki nilai gotong-royong yang kuat, program pemberdayaan bisa dirancang untuk memanfaatkan semangat gotong-royong tersebut.
Dengan begitu, anggota masyarakat akan merasa program itu sejalan dengan nilai yang sudah mereka percayai dan praktikkan, dan mereka akan lebih antusias berpartisipasi.
3. Menghindari Konflik dan Dampak Negatif Sosial
Mengabaikan kearifan lokal dalam program pemberdayaan dapat memicu konflik, baik antara pelaksana program dan masyarakat maupun di dalam masyarakat itu sendiri.
Intervensi yang tidak memperhatikan budaya atau kebiasaan bisa dianggap merendahkan nilai-nilai masyarakat.
Sebagai contoh, jika suatu program pemberdayaan dalam bidang ekonomi memperkenalkan sistem kerja yang bertentangan dengan aturan adat, hal itu bisa menyebabkan perselisihan.
Maka dari itu, dengan menghormati dan mempertimbangkan kearifan lokal, konflik sosial bisa dihindari, dan program pemberdayaan dapat berjalan dengan lebih lancar.
4. Melestarikan Identitas dan Keberlanjutan Budaya
Kearifan lokal adalah bagian dari identitas budaya yang perlu dilestarikan.
Dalam konteks pemberdayaan, mengintegrasikan kearifan lokal berarti membantu menjaga keberlanjutan nilai-nilai dan tradisi budaya.
Ketika masyarakat diberdayakan dengan cara yang mendukung nilai-nilai lokal, mereka tidak hanya memperoleh manfaat secara ekonomi atau sosial, tetapi juga merasa lebih dihargai dan dihormati.
Baca Juga: Ciri-Ciri dan Fungsi Kearifan Lokal
Source | : | Intisari.grid.id,kemdikbud.go.id |
Penulis | : | Rizky Amalia |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR