Dibentuklah organisasi Pemuda Asia Raya, tetapi organisasi ini juga tidak mendapatkan sambutan dari rakyat.
Jepang kemudian berusaha bekerja sama dengan tokoh-tokoh nasionalis seperti Sukarno dan Hatta yang dibebaskan oleh Jepang pada Juli 1942.
Pada Desember 1942, dibentuk panitia untuk mendirikan organisasi baru, yaitu Pusat Tenaga Rakyat (Putera), dengan Sukarno, Hatta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara sebagai pemimpinnya.
Organisasi ini bertujuan membangun kembali apa yang hancur akibat Belanda dan membantu Jepang dalam perang.
Struktur Putera mencakup pimpinan pusat dan daerah, serta penasihat dari Jepang.
Meski berkembang pesat di awal, Putera akhirnya dibubarkan oleh Jepang pada 1944 karena dianggap lebih memajukan nasionalisme Indonesia daripada membantu Jepang.
3. Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) dan Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi)
Berbeda dengan Belanda, Jepang mencoba mendekati umat Islam dengan menghidupkan kembali organisasi MIAI pada 4 September 1942.
Namun, ketika Jepang merasa MIAI tidak memberikan kontribusi yang diharapkan, MIAI dibubarkan pada November 1943 dan digantikan dengan pembentukan Masyumi.
Tokoh-tokoh Islam seperti Hasyim Asy'ari, Mas Mansur, dan Wahid Hasyim terlibat dalam organisasi ini.
Masyumi berkembang pesat dan menjadi tempat berkumpulnya ulama serta tokoh Islam.
Baca Juga: Sambutan Rakyat Indonesia terhadap Jepang, Materi Sejarah Kelas XI Kurikulum Merdeka
Source | : | kemdikbud.go.id |
Penulis | : | Rizky Amalia |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR