Namun, pandangan etnografis tersebut sering bias, tidak akurat, dan fokus pada hal-hal yang menarik bagi bangsa Eropa.
2. Fase Kedua (Pertengahan Abad ke-19)
Di pertengahan abad ke-19, teori evolusi Darwin mulai mempengaruhi banyak bidang, termasuk antropologi.
Teori ini memandang bahwa manusia berevolusi secara lambat dalam ribuan tahun.
Pemikiran ini tercermin dalam tulisan-tulisan etnografi yang berkembang saat itu, yang menunjukkan bahwa masyarakat dan kebudayaan berkembang melalui proses evolusi.
Hal ini menimbulkan pandangan bahwa beberapa kelompok manusia dianggap lebih maju dibandingkan kelompok lain yang dinilai masih primitif.
Pada tahap ini, antropologi mulai menjadi bagian dari pendidikan formal di berbagai universitas.
3. Fase Ketiga (Awal Abad ke-20)
Pada fase ini, antropologi menjadi alat praktis untuk mendukung kolonialisme Eropa.
Antropologi berperan penting dalam memahami masyarakat di wilayah jajahan.
Di Indonesia, beberapa sarjana antropologi, seperti Snouck Hurgronje, menyumbangkan hasil penelitian mereka untuk kepentingan pemerintah kolonial.
Baca Juga: 5 Karakteristik Ilmu Antropologi, Materi Antropologi Kelas XI Kurikulum Merdeka
Source | : | kemdikbud.go.id |
Penulis | : | Rizky Amalia |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR