Lulung menjelaskan, dalam sebuah hadis, Sayyidah Aisyah menceritakan bahwa sesungguhnya Hamzah bin Amr Al-Aslami bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang puasa dalam perjalanan.
"Hamzah bin Amr Al-Aslami berkata kepada Nabi, 'Apakah aku boleh berpuasa di dalam safar?' Sedangkan dia adalah orang yang banyak melakukan puasa.
Maka Nabi bersabda, "Jika engkau ingin puasa, maka puasalah. Jika engkau ingin buka, maka bukalah", terang Lulung dengan mengutip hadis.
Dilansir dari laman Kementerian Agama, kata safar memiliki arti keluar bepergian meninggalkan kampung halaman dengan maksud menuju suatu tempat dengan jarak tertentu.
Berdasarkan hadis tersebut, umat Islam yang bepergian jauh boleh membatalkan puasa atau melanjutkannya.
Selain itu, hadis riwayat Ibnu Abbas menyebutkan, Rasulullah bepergian menuju Mekkah di tengah bulan Ramadan.
"Beliau sedang puasa, hingga sesampainya beliau di Kadid beliau berbuka. Maka para sahabat pun ikut berbuka," Jelas Lulung.
Perjalanan dari Kadid ke Mekkah membutuhkan waktu sekitar satu hari perjalanan.
Maka dari itu, orang yang mudik dengan durasi hingga satu hari boleh untuk tidak berpuasa.
Namun, orang yang melakukan perjalanan selama beberapa jam dan tidak kuat untuk meneruskan ibadah puasa pun boleh membatalkannya.
Hal ini semakin diperjelas dalam surah Al Baqarah (ayat) 184-185, yaitu jika kita sedang bepergian di bulan Ramadan dan tidak berpuasa, maka diperbolehkan.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | AdjarID |
KOMENTAR