adjar.id - Bagaimana perkembangan sosiologi di Indonesia?
Sosiologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat; ilmu tentang struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya.
Sosiologi bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang interaksi sosial, struktur sosial, dan perubahan sosial dalam masyarakat.
Menurut Max Weber, sosiologi adalah ilmu yang memahami tindakan sosial dan pengaruhnya terhadap individu dan masyarakat.
Sosiologi berusaha memahami bagaimana individu dan kelompok berperilaku dalam konteks sosial.
Selain itu, juga berusaha memahami bagaimana struktur sosial dan budaya mempengaruhi kehidupan mereka.
Di Indonesia, sosiologi sudah berkembang sejak lama, Adjarian.
Yuk, kita cari tahu sejarah perkembangan sosiologi di Indonesia berikut ini!
"Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang interaksi sosial dan struktur masyarakat."
Berikut sejarah perkembangan sosiologi di Indonesia yang terbagi menjadi:
1. Pra Kemerdekaan
Baca Juga: Objek Kajian Sosiologi Menurut Peter L. Berger
Sosiologi di Indonesia sudah ada sejak lama, akan tetapi saat itu sosiologi belum dipelajari sebagai ilmu pengetahuan.
Tokoh bangsa dan para pujangga sudah banyak yang memasukkan unsur-unsur sosiologi dalam berbagai ajarannya tanpa disadari.
Nah, salah satu tokoh Indonesia yang menerapkan unsur sosiologi adalah Ki Hadjar Dewantara.
Ki Hadjar Dewantara banyak menggunakan konsep penting sosiologi, seperti kekeluargaan dan kepemimpinan.
Hal tersebut dilakukan dalam proses pendidikan yang dilakukan di Taman Siswa yang didirikannya.
Kita juga bisa melihat dari berbagai karya tentang Indonesia yang ditulis oleh orang Belanda, seperti Van Volenhaven dan Snouck Hurgronje sekitar abad ke-19.
Mereka menggunakan unsur-unsur sosiologi sebagai kerangka berpikir agar dapat memahami masyarakat Indonesia.
Misalnya Snouck Hurgronje yang menggunakan pendekatan sosiologis agar bisa memhami masyarakat Aceh.
Hasil dari pendekatan yang dilakukannya digunakan oleh Belanda untuk menguasai daerah Aceh.
Jadi, awalnya sosiologi belum dianggap penting untuk dipelajari dan digunakan sebagai pengetahuan.
"Pada masa pra kemerdekaan, unsur-unsur sosiologi sudah banyak digunakan oleh tokoh bangsa dan para pujangga tetapi belum sebagai ilmu pengetahuan."
Baca Juga: Objek Kajian Sosiologi Menurut Max Weber
2. Masa Kemerdekaan hingga Kini
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, sosiologi mulai berkembang dengan pesat di Indonesia.
Sosiologi mulai dikenal sebagai ilmu pengetahuan, bahkan terdaftar di berbagai perguruan tinggi.
Orang pertama yang memberikan kuliah tentang sosiologi dalam bahasa Indonesia adalah Soenario Kolopaking pada tahun 1948 di Akademi Ilmu Politik Yogyakarta.
Sejak itu, sosiologi mulai mendapat tempat khusus di dunia akademik Indonesia.
Pada tahun 1950-an, para pelajar Indonesia mulai mendapat kesempatan untuk belajar di luar negeri.
Selain itu, mereka juga berkesempatan memperdalam ilmu sosiologi di sana.
Nantinya, mereka akan mengajarkan ilmu sosiologi yang telah dipelajari di luar negeri ke Indonesia.
Buku sosiologi pertama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berjudul Sosiologi Indonesia karya Djody Gondokusumo.
Buku tersebut memuat beberapa pengertian dasar mengenai sosiologi.
Adanya buku tersebut sudah menciptakan berbagai buku sosiologi lainnya, baik yang ditulis orang Indonesia maupun terjemahan.
Baca Juga: Karakteristik dan Ruang Lingkup Ilmu Sosiologi
O iya, mulai muncul juga Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di banyak perguruan tinggi.
Di fakultas tersebut ilmu sosiologi mulai dipelajari secara lebih mendalam.
"Setelah kemerdekaan, sosiologi di Indonesia mulai berkembang pesat sebagai ilmu pengetahuan."
Nah, itulah sejarah perkembangan sosiologi di Indonesia yang terbagi ke dalam dua masa, yaitu masa pra kemerdekaan dan masa kemerdekaan hingga kini.
Coba Jawab! |
Bagaimana perkembangan sosial pra kemerdekaan di Indonesia? |
Petunjuk: Cek halaman 1 dan 2. |
---
Sumber: Buku Sosiologi untuk Kelas X SMA/MA karya Vina Dwi Laning, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009.
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR