adjar.id - Kerajaan Wajo merupakan salah satu kerajaan Islam yang ada di pulau Sulawesi, tepat di Sulawesi Selatan.
Kerajaan Wajo ini berbeda dengan kerajaan lain di Sulawesi Selatan.
Sebab, Kerajaan Wajo bukanlah kerajaan feodal murni, akan tetapi berbentuk kerajaan elektif atau demokrasi terbatas, Adjarian.
O iya, Kerajaan Wajo didirikan pada abad ke-15 dan pada abad ke-17 berubah menjadi kesultanan Islam setelah ditaklukan Kerajaan Gowa-Tallo.
Kerajaan Gowa-Tallo berhasil menundukkan dan mengislamkan Kerajaan Wajo di tahun 1610.
Seorang ulama terkenal dari Minangkabau, yaitu Dato ri Bandang memberikan pelajaran agama Islam bagi raja-raja Wajo dan rakyatnya.
Nah, masa kejayaan Kerajaan Wajo berlangsung pada abad ke-18 setelah berhasil menggantikan kebesaran dari Kerajaan Bone.
Yuk, simak masa kejayaan, kemunduran, dan peninggalan Kerajaan Wajo berikut ini!
"Kerajaan Wajo merupakan kerajaan Islam yang ada di Sulawesi Utara yang berdiri sejak abad ke-15."
Sebelum abad ke-17, Kerajaan Wajo pernah memasuki masa kegelapan ketika memilih untuk mendukung Kerajaan Gowa-Tallo.
Mereka mendukung Kerajaan Gowa-Tallo untuk menghadapi armada gabungan Bone, Soppeng, Buton, dan VOC.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Wajo di Sulawesi
Saat Kerajaan Gowa-Tallo menyerah, Kerajaan Wajo menolak untuk menandatangani Perjanjian Bongaya.
Kerajaan Wajo lebih memilih untuk tetap melakukan perlawanan terhadap VOC.
Perjuangan Kerajaan Wajo harus terhenti di tahun 1670, ketika ibu kota kerajaan di Tosora berhasil dikuasai VOC dan Bone yang dipimpin Arung Palakka.
Rakyat Kerajaan Wajo setelah itu lebih memilih untuk bermigrasi sebab tidak mau dijajah.
Akhirnya, di tahun 1726 muncul sosok bernama La Maddukkelleng yang menjadi musuh bagi pihak Belanda.
Karena tekan dan usahanya untuk membebaskan Kerajaan Wajo dan Sulawesi Selatan dari kekuasaan Belanda, La Maddukkelleng diangkat menjadi raja atau Arung Matoa ke-31 di tahun 1736.
Di bawah pemerintahan La Maddukkelleng, rakyat bisa memenangkan peperangan melawan Bone.
Bahkan, ibu kota Kerajaan Wajo bisa direbut kembali dari Belanda.
La Maddukelleng juga pernah memajukan kehidupan sosial dan politik Kerajaan Wajo di antara kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan.
Hingga akhirnya, di tahun 1754 La Maddukelleng menyatakan diri untuk mundur.
"Masa kejayaan Kerajaan Wajo terjadi pada tahun 1736 ketika La Maddukkelleng diangkat sebagai raja atau Arung Matoa ke-31."
Baca Juga: Masa Kejayaan dan Daftar Raja Kerajaan Gowa Tallo
Di masa-masa akhir pemerintahan La Maddukkelleng, Kerajaan Wajo sudah mulai mengalami pergolakan yang masih terus berlangsung sampai abad ke-18.
Ketika memasuki abad ke-19, Islam semakin mengakar kuat di Kerajaan Wajo.
Akan tetapi adanya kemelut di kerajaan masih belum selesai karena anggota dewan di sana tidak bisa bersepakat memilih raja selanjutnya.
Pada tahun 1905, Kerajaan Wajo akhirnya takluk kepada Belanda dan menyerahkan seluruh urusannya kepada pemerintahan Belanda.
"Setelah La Maddukkelleng mengundurkan diri, Kerajaan Wajo mengalami kemunduran sampai akhirnya takluk kepada Belanda."
Berikut ini adalah beberapa peninggalan Kerajaan Wajo, yaitu:
1. Musala Tua Menge
2. Makam La Maddukkelleng
3. Benteng Tosora
"Peninggalan Kerajaan Wajo, yaitu musala Tua Menge, makam La Maddukelleng, dan benteng tosora."
Itulah penjelasan terkait Kerajaan Wajo, baik dari masa kejayaan, kemunduran, sampai peninggalannya.
Coba Jawab! |
Siapa raja yang membawa Keraan Wajo ke masa kejayaan? |
Petunjuk: Cek halaman 1 dan 2. |
---
Sumber: Buku Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Edisi Revisi 2017 karya Restu Gunawan, dkk., Kemendikbud tahun 2017.
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | AdjarID |
KOMENTAR